Survei Nielsen Temukan Banyak Produk dan Jasa Abaikan Kebutuhan Lansia
Hasil survei itu menunjukkan,saat ini jumlah dan daya beli pada populasi penduduk berusia 65 tahun ke atas mengalami peningkatan.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Survei Global Nielsen about Aging menyebutkan penyedia ritel, pemasar produk, dan penyedia jasa saat ini memiliki peluang lebih baik untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan konsumen lanjut usia (lansia).
Survei ini dilaksanakan pada 14 Agustus hingga 6 September 2013. Responden yang disasar sebanyak 30.000 konsumen online di 60 negara di Negara-negara ini berada di kawasan Asia-Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Utara.
Sampel dipilih berdasarkan usia dan jenis kelamin untuk pengguna internet di tiap-tiap negara yang telah dicek dan dipertimbangkan sebagai representatif dari pengguna internet, dan memiliki margin of error ±0.6 persen. Survei ini didasarkan pada perilaku responden hanya melalui akses internet dengan tingkat penetrasi yang bervariasi.
Hasil survei itu menunjukkan,saat ini jumlah dan daya beli pada populasi penduduk berusia 65 tahun ke atas mengalami peningkatan. Namun lebih dari separuh responden (51 persen) menyatakan tidak melihat iklan produk yang merefleksikan konsumen lansia. Sementara separuhnya lagi mengatakan, merupakan hal yang sulit bagi lansia untuk menemukan label produk yang mudah dibaca.
Sebanyak 43 persen dari responden global mengalami kesulitan untuk menemukan lokasi kemasan yang mudah dibuka saat mereka berpikir tentang produk atau jasa yang dibutuhkan konsumen lansia. Lebih dari 4 dalam 10 orang tak dapat menemukan produk makanan yang mengandung nutrisi diet spesial (45 persen), makanan dalam kemasan porsi yang lebih kecil (44 persen) atau kemasan dengan label yang mencantumkan infromasi gizi dengan jelas (43 persen).
Para responden global itu juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan bantuan dari industri jasa seperti perumahan (46 persen), transportasi (44 persen), finansial (44 persen), asuransi kesehatan (39 persen) dan layan antar makanan (36 persen).
Todd Hale, Senior Vice President, Consumer & Shopper Insights Nielsen mengemukakan, temuan-temuan ini merupakan peringatan bagi para produsen, peritel dan pemasar lain untuk mendukung berbagai upaya memenuhi kebutuhan konsumen lansia.
Di banyak negara maju, jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas sudah melebihi anak-anak usia di bawah 14 tahun. Negara-negara maju yang dimaksud antara lain Jepang, Jerman dan Italia.
"Ketika jumlah populasi lansia meningkat, pada saat yang sama daya beli mereka meningkat pula, karena banyak dari mereka yang memiliki lebih banyak waktu untuk berbelanja dibandingkan dengan penduduk yang lebih muda,” ujarnya dalam survei yang dirilis Nielsen Indonesia di Jakarta, Senin (10/3/2014).
Informasi Nielsen juga menunjukkan, satu dari tiga responden meyakini toko-toko ritel tidak memenuhi kebutuhan konsumen lansia. Misalnya dengan menyediakan lorong belanja khusus untuk produk-produk kebutuhan konsumen lansia (34 persen), menyediakan jalur khusus untuk konsumen lansia difabel (33 persen), atau memberikan bantuan untuk membawakan tas belanja (36 persen).
Kemudian satu dari empat responden dari seluruh dunia menyatakan toko-toko ritel tidak dilengkapi dengan bangku untuk duduk (29 persen), area parkir yang cukup untuk lansia/difabel (25 persen). Selain itu juga tidak tersedia toilet untuk konsumen lansia/difabel (23 persen), rak-rak toko yang mudah digapai (23 persen) atau jalan yang landai dan pintu yang aman untuk lansia/difabel (22 persen).