Itang Yunasz Kembali Bawa Busana Muslim ke Level Berbeda
Ramadhan dan Idul Fitri masih beberapa bulan lagi. Namun euforianya sudah terasa di Pasar Tanah Abang
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ramadhan dan Idul Fitri masih beberapa bulan lagi. Namun euforianya sudah terasa di Pasar Tanah Abang, tepatnya di atrium Pusat Grosir Blok B Tanah Abang, Kamis (8/5/2014) siang.
Di tengah padatnya lalu lalang para pembeli, Itang Yunasz memamerkan 90 look koleksi busana terbaru untuk Ramadhan dan Idul Fitri 2014 dari lini keduanya, Kamilaa (koleksi busana wanita) dan Preview (koleksi busana pria).
Di "Serancak Tenun, Seindah Sulam", begitu tajuk peragaan tersebut, Itang mencoba mengangkat keindahan corak wastra Nusantara ke dalam busana muslim.
Corak tradisional Itang pinjam lalu dicitrakan ulang ke atas bahan-bahan pilihan dengan teknik digital printing.
Belakangan memang banyak desainer yang mulai mencoba mengaplikasikan teknik serupa. Selain efektif dalam mengakali keterbatasan bahan dalam memenuhi permintaan busana siap pakai, cara ini dinilai juga dapat mendorong masyarakat dari segala lapisan untuk mengapresiasi keragaman wastra Nusantara.
Digital printing sendiri bukan barang baru bagi Itang, mengingat teknik ini sudah menjadi signature style Kamilaa sejak kemunculannya pada 2012.
"Dengan teknik ini, keindahan motif wastra Nusantara dapat dinikmati siapapun," kata pemenang kedua Lomba Perancang Mode Femina 1981 ini.
Kali ini, Itang mengeskplorasi keindahan motif tenun Sumatera Barat, Nusa Tenggara, dan Bali.
Di tangan Itang, bahan tersebut diolah menjadi pilihan busana muslim yang modern dan trendi. Hasil akhirnya pun turut melunturkan kesan kuno dan mahal yang selama ini membayangi wastra tradisional.
Siang itu, Itang banyak menampilkan busana-busana kaftan, tunik, abaya, hingga terusan bersiluet flowy.
Selain motifnya sendiri, busana tersebut kian terasa spesial berkat cara Itang memadukannya dengan busana lain. Sesekali ia mengawinkan busana tersebut dengan cropped jacket dan bomber jacket beraksen pleats, atau cardigan berpotongan asimetris sehingga terasa lebih edgy.
Koleksi dengan styling menarik yang mengedepankan konsep mix and match memang menjadi prioritas peraih penghargaan Pia Alisjahbana Award ini.
"Ini agar busana bisa dipakai di segala kesempatan, tidak hanya untuk acara religi," ujar Itang yang mulai serius dalam industri mode dengan mendirikan PT Yunasz Astabrata pada 1986 ini.
Di luar "mencetak", Itang tetap berusaha memberikan ruang pada keautentikan wastra Nusantara. Misal, ia menyisipkan sulaman dan bordir halus sebagai aksen pada beberapa pilihan busana.
Kamilaa tidak hanya memberikan tekanan pada motif melalui bordir halus, tetapi juga mengimbuh ornamen manik yang disusun pada bagian pinggang siluet kaftan atau dada.
Palet warna yang hadir cenderung terang hingga pilihan warna alam mengikuti tren yang diminati masyarakat belakangan ini.
Di samping mengedepankan keindahan visual, kenyamanan tetap menjadi prioritas Itang.
Dengan teliti, Itang memilih bahan yang nyaman dipakai di tengah iklim yang tropis, semisal satin poly, sifon, dan linen poly.
Busana serba hitam menutup peragaan busana sederhana tersebut. Serba hitam namun tampak tak biasa berkat dekorasi embroidery yang dibuat tanpa menggunakan bantuan alas kertas di bawah bahan. Penanganan ala sulam tangan ini membuat bahan yang berhiaskan bordir itu tetap menjuntai dengan cantikmya, tidak kaku, sehingga terkesan elegan dan mewah.
Sekali lagi Itang berhasil membawa busana muslim ke level yang berbeda. Sebagai informasi, harga busana Kamilaa berkisar antara Rp 149.000 hingga Rp 399.000.