Cermati, Apakah Produk Kosmetik Kesukaan Anda mengandung Bahan Kimia Berbahaya?
Cermati, apakah produk kosmetik kesukaan Anda itu mengandung bahan-bahan kimia beracun?
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini muncul perdebatan diantara penggiat bisnis serta merek kecantikan khusus tata rias wajah. Topik panas tersebut seputar kosmetik berbahan alami yang menggunakan ekstrak tumbuhan atau ‘Safe Cosmetics’ di seluruh label penjual produk kecantikan.
Berbagai pihak khususnya masyarakat yang peduli bertanya-tanya, sejauh manakah sebuah produk kecantikan tersebut aman dan sehat untuk dikenakan, serta apa saja isi kandungan bahan didalamnya? Pertanyaan itu terlontar kala isu kanker kulit kian merebak akibat penggunaan kosmetik berbahaya selama bertahun-tahun.
Negara-negara Uni Eropa pada tahun 2014 ini baru saja melarang sekitar 1.400 bahan kimia yang dianggap berbahaya dari produk kosmetik dan perawatan wajah. Sementara, Amerika hanya melarang 11 bahan kimia saja akibat hukum yang belum diperbaharui sejak tahun 1938. Ini berujung pada rendahnya pengawasan regulasi produk untuk kosmetik, makanan dan obat-obatan.
Industry Cosmetics Review (CIR) menguji sejumlah bahan campuran pembuat kosmetik yang beredar di pasaran yang dijalankan oleh dewan pengatur produk kecantikan yang didalamnya berisi ilmuwan independen sebagai komite ilmiah demi keselamatan para konsumen di dunia.
Gregg Renfrew, pendiri kosmetik aman, Beautycounter, mengungkap bahwa penyebab maraknya kosmetik berbahaya di kalangan masyarakat justru disebabkan oleh kemajuan teknologi dan persepsi cantik yang keliru oleh sebagian besar wanita.
“Beautycounter sebenarnya gerakan nyata dari konsumen untuk menyadarkan dan mengajarkan pasar dan masyarakat bahwa kesehatan lingkungan dan manusia itu bisa terancam jika terus menggunakan dan memilih kosmetik berbahan kimia pemicu masalah kulit seperti iritasi, komplikasi hingga kanker kulit," terang Gregg.
Parabens disebut-sebut sebagai sekelompok zat yang digunakan sebagai pengawet dalam banyak produk kosmetik, yang mana mereka menjaga mikroba terus tumbuh di produk lotion, krim atau perangkat rias wajah seperti lipstik, eye shadow atau blush-on.
Terdapat lima jenis parabens berbeda yang dilarang oleh Uni Eropa dengan alasan zat ini terbukti sebagai disrupters endokrin. Namun, masih ada beberapa parabens yang diperbolehkan dan dianggap aman. Food and Drugs Administration (FDA) mengungkapkan bahwa saat ini sudah banyak kelompok pengawas non profit yang melarang pemakaiannya. Sudah banyak pula perusahaan kosmetik mengeluarkaan jenis paraben tersebut dalam pengolahan produknya. Seperti yang diungkapkan oleh Perry Romanowski, ahli kecantikan berbasis kosmetika kimia.
“Industri kosmetik begitu bebas, dampaknya adalah penggunaan bahan pengawet berlebihan dengan dalih supaya kosmetik tidak mudah luntur, tidak mudah pudar, tahan air dan sebagainya. Peningkatan pencemaran mikroba dalam produk amatlah menyeramkan dan bisa menganggu kondisi kesehatan kulit dan menyerap ke dalam darah, seperti produk tabir surya," ujar Romanowski.
Lisa Lee Freeman dari ShopSmart’s baru saja meluncurkan garis serta pakem kosmetik amat yang disebutnya V05 Naturals. Formulanya berisi bahan natural alami yang aman jika digunakan pada tubuh dengan variasi ekstrak, aroma dan warna yang berbeda. Lisa mengungkapkan bahwa penyebutan label organik pada pangan jelas berbeda dengan produk kosmetik.
Lebih lanjut, menurutnya, kosmetik aman tentu mengandung sejumlah bahan alami seperti lidah buaya, alpukat, stroberi dan lainnya serta tiga paraben berbeda dan formaldehida didalamnya sehingga alami dan aman. Hal tersebut juga berlaku bagi wewangian parfum yang berpotensi tinggi memicu reaksi alergi kulit dan pernapasan yang serius.
Lisa pun merekomendasikan seleksi ketat oleh para konsumen dan jangan mudah tergiur atau tertipu hanya karena label mencantumkan kata mineral atau gambar daun dan bunga pada kemasannya. Tapi, cek seksama kandungannya terutama pengawet yang terdapat pada sebuah kosmetik tertentu.
Ridho Nugroho / Sumber: Stylelist