Turis Perancis Kagum Festival Payung Indonesia di Solo
"Tadi habis pentas, ada bule dari Perancis yang langsung nawar berapa harga baju. Dan, ia nawari juga agar jadi model di Perancis," tambah model yang
TRIBUNNEWS.COM,SOLO - "Peragaan busananya apik. Designnya menarik, alam. Tapi, yang lebih mantap, peragaan busananya menggunakan tarian tak sekadar berjalan di catwalk," ungkap Wiwid Widiyastuti (28), warga Laweyan, Solo.
Festival Payung Indonesia 2014 di adakan di Taman Balekambang.
Acara ini diselenggarakan oleh Rumah Karnaval Indonesia dan diresmikan oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya pada Jumat (28/11).
Dan, pada agenda Jumat malam, terdapat peragaan busana oleh beberapa designer.
Satu diantaranya, Bambang Suryono, atau yang akrab dipanggil Mbesur.
Wiwid pun terkagum-kagum dengan kreasi Mbesur. Tak hanya karena design etniknya.
Tapi, ia juga trenyuh dengan model peraga busana ini. Sebab, mereka tak hanya berjalan seperti pada peragaan busana pada umumnya.
Mbesur menerangkan bahwasanya dia memperagakan rancangannya juga dengan lingkungan setempat.
"Di NTB, Lombok, orang bergerak sangat cepat," jelasnya.
Oleh karena itu, tambahnya, koreografi yang ia usung pun berenergik. Setiap model yang memperagakan rancangannya selalu bergerak bak penari.
Memang, ada jeda untuk setiap gaya yang notabene untuk pemotretan.
Berbeda dengan peragaan busana pada umumnya, yang berjalan melenggak-lenggok di catwalk, sejumlah model yang memperagakan rancangan busana etnik Indonesia Timur yakni model Sasak atau tenun ini menari di atas panggung.
"Baru kali ini meragakan busana etnik seperti ini," ungkap salah satu model, Elida Aries Tantia.
Elida, Model yang pernah menangi Juara 3 Jawa Tengah Pemilihan Putri Indonesia 2009 ini mengaku bangga dengan baju etnik yang ia peragakan.
"Tadi habis pentas, ada bule dari Perancis yang langsung nawar berapa harga baju. Dan, ia nawari juga agar jadi model di Perancis," tambah model yang lain, Dhea Fandari (25).