Mengapa Patah Hati Sebabkan Rambut Rontok?
Stres adalah salah satu penyebab rambut rontok. Putus cinta adalah salah satu faktor penyebab stres.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Patah hati karena putus cinta tidak hanya berdampak pada sisi emosional, tetapi secara fisik, ada beberapa reaksi yang ditimbulkan beberapa saat setelah Anda secara resmi putus cinta. Reaksi tersebut ada yang ringan seperti melonjaknya tekanan darah hingga cukup berat seperti sindrom patah hati.
Apa saja reaksi-reaksi fisiologis yang dapat diderita pasca putus cinta tersebut? Berikut ulasannya.
1. Otak mengirimkan perasaan sakit dan sangat mendamba mantan kekasih
Berdasarkan studi yang dipublikasikan pada Jurnal of Neurophysiology, menemukan bahwa ketika orang-orang ditunjukkan foto-foto mantan kekasihnya, ada aktivitas di dalam otak yang mengirimkan perasaan sakit secara fisik.
Disamping itu, studi yang dilakukan oleh para peneliti di Columbia University, Amerika Serikat, pada tahun 2011 menunjukkan bahwa ketika Anda putus cinta dan merasa rindu dengan sang mantan, Anda akan sangat merasa tersiksa karena ada area di dalam otak yang merasakan sakit.
2. Sistem pencernaan melemah
Efek ini disebabkan pula oleh hormon. Hormon kortisol membuat aliran darah menjauh dari jalur pencernaan Anda, yang akhirnya membuat sistem pencernaan makanan Anda terganggu. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1994 lalu menunjukkan, stres dapat memengaruhi distribusi lemak, sebab kortisol menimbulkan pengendapan lemak di area abdominal.
3. Rambut rontok
Stres adalah salah satu penyebab rambut rontok. Putus cinta adalah salah satu faktor penyebab stres. Jika Anda memperhatikan banyak helai rambut Anda yang rontok saat Anda sedang mandi, cobalah mengecek tingkat stres Anda. Setelah itu, Anda bisa pergi ke salon untuk memperoleh transformasi tatanan rambut baru yang dramatis.
4. Tekanan darah melonjak
Asosiasi Jantung Amerika mengungkapkan, tekanan darah tinggi dapat terjadi secara temporer ketika Anda tengah stres. Namun, tekanan darah tinggi meski hanya dalam waktu singkat dapat menjadi masalah jika Anda memiliki kecenderungan darah tinggi. Krisis hipertensif seperti ini dapat terjadi dengan gejala berupa sakit kepala, nafas yang pendek-pendek, dan hidung berdarah.
5. Sindrom "patah hati"
Asosiasi Jantung Amerika menjelaskan bahwa ketika stres, seperti ketika patah hati, terkadang ada bagian dari jantung secara temporer membesar dan tidak memompa darah dengan baik, sementara bagian lainnya berfungsi normal dan bahkan berkontraksi secara kuat, menyebabkan kegagalan otot jantung jangka pendek. Kondisi ini disebut sindrom patah hati.
Meski demikian, sindrom ini sangat jarang terjadi. Studi yang dilakukan di Jepang mengestimasikan sindrom patah hati hanya terjadi sekitar 2 persen orang yang menderita masalah koroner akut. Sindrom ini lebih banyak diderita kaum wanita, yakni mencapai 80 persen kasus.