67 Persen Keputusan Bercerai atau Bertahan Dipengaruhi Oleh Ibunda atau Ibu Mertua
Saat keputusan cerai diambil, ternyata peran orang tua sangat besar dalam keputusan tersebut.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM -Ketika Anda memutuskan untuk meninggalkan dan mengambil langkah perceraian dengan pasangan, ternyata peran orang tua sangat besar dalam keputusan tersebut.
Faktanya, dalam penelitian terbaru, hampir 67 persen orang yang berpisah mengatakan bahwa ibunyalah yang membantu memutuskan untuk bercerai atau tidak. 63 persen mengatakan bahwa keluarga punya peran penting saat mengambil keputusan untuk bercerai, tetapi Ibu dari kedua pihak, baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pengaruh paling besar.
Penelitian yang dilakukan oleh Firma spesialis hukum keluarga, Slater & Gordon di Inggris ini juga menemukan bahwa ternyata cara paling umum yang dilakukan keluarga untuk mendorong orang yang mereka sayangi untuk berpisah adalah dengan memperjelas perbedaan antara pasangan dan mengkritik pasangan tersebut.
Nyatanya 67 persen merasa bersyukur bahwa keluarganya mau memberikan opini yang menjelaskan bahwa pernikahan mereka benar-benar tak bahagia, dan membantu mengakhiri pernikahan tersebut.
Penelitian yang dilakukan terhadap 2.007 penduduk Inggris yang telah bercerai ini, ternyata juga membuktikan bahwa peran saudara kandung dan anak sangat kecil dalam keputusan bercerai.
Hanya satu diantara sepuluh orang yang mengatakan saudara mereka mendorong untuk mengakhiri pernikahan, dan hanya enam persen yang mengatakan bahwa perasaan anak-anaklah yang membantu mereka membuat keputusan.
Amanda McAlister, pengacara perceraian dari perusahaan tersebut mengatakan "Seringkali anggota keluarga tidak mau ikut campur dalam masalah rumah tangga, tetapi karena mereka melihat bahwa hubungan tersebut tak berjalan baik, mereka merasa perlu berinisiatif untuk menolong orang yang mereka cintai," jelas McAlister.
Dirinya juga menjelaskan banyak dari kliennya yang merasa tertekan dengan desakan keluarga yang ingin segera mengakhiri pernikahannya. Banyak klien McAlister merasa terisolasi oleh keluarga, karena pilihan pasangan mereka, atau bahkan merasa tak dihiraukan oleh keluarga baru, keluarga pasangannya setelah menikah.
"Dalam suatu hubungan, lebih mudah untuk mengacuhkan opini orang terdekat. Tetapi seiring waktu, pasangan yang mengalami saat-saat berat, merasa apa yang pernah dikatakan oleh ibunya adalah benar. Pada akhirnya, keluarga menjadi yang lebih tahu siapa diri orang tersebut yang sesungguhnya daripada orang lain, dan biasanya akan sangat cepat tak menyukai seseorang bila mereka berpikir bahwa orang tersebut tak tepat baginya."
Mayoritas responden mengatakan bahwa keluarga pasangannya memiliki pengaruh yang besar, sama seperti keluarganya sendiri. Sebanyak 44 persen mengaku bahwa mereka tidak pernah bersilaturahmi lagi dengan keluarga mantan pasangannya, dan 74 persen mengatakan bahwa mantan pasangannya lebih mendengarkan keluarganya dibandingkan mereka. Sedihnya 15 persen mengatakan mereka diacuhkan oleh mertuanya berkali-kali.
McAlister mengatakan "Ketika tiba saatnya bernegosiasi mengenai kesepakatan cerai dan pengaturan finansial, ada baiknya Anda menempatkan seseorang yang independen untuk mendapatkan pandangan netral. Keluarga bisa jadi pendukung paling baik saat perceraian. Tetapi kami menyarankan para klien untuk mencoba menghindari dan membawa keluarga ketika di persidangan, karena emosi perlu dijaga seminimum mungkin. Sebuah perceraian adalah pengalaman yang menguras emosi dan keluarga dapat membuat proses hukum lebih keras dan panjang. " (Daily Mail)