Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Saat Dikunyah, Nasi Uduk Koseng Terasa Renyah

Saat dikunyah, nasi terasa renyah dengan aroma santan yang wanginya tajam. Bawang goreng yang cukup banyak membuat sensasi menyantap nasi kian seru.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Saat Dikunyah, Nasi Uduk Koseng Terasa Renyah
KONTAN
Nasi Uduk Koseng di Jl. Gadjah Mada No. 217 Mangga Besar, Jakarta Barat 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Umumnya nama kedai nasi uduk menggunakan nama sang pemilik yang orang Betawi asli.

Maklum, nasi uduk, kan, kuliner khas Betawi. Sebut saja Nasi Uduk Sederhana Babe H. Saman, Nasi Uduk Kebon Kacang Hj Ellya, dan Nasi Uduk Zainal Fanani.

Tapi, di daerah Jakarta Kota, ada kedai nasi uduk yang mengusung nama Tionghoa. Namanya adalah: Nasi Uduk Koseng. Kata Koseng sendiri berasal dari pelafalan masyarakat sekitar untuk Koh Seng, sang pemilik kedai.

Meski penjualnya keturunan Tionghoa, rasa masakannya justru sangat Betawi, sudah begitu enak lagi. Malah, beberapa masakan betawi yang sudah jarang nongol, seperti pindang bandeng dan semur urat, bisa Anda temukan di kedai ini.

Letak kedainya di Jalan Gajah Mada Nomor 217, Jakarta Barat, sekitar 200 meter sebelum Glodok Plaza. Patokan lain, kedai yang berdiri tahun 1960-an silam ini berada persis di depan jalan masuk ke Kelenteng Petak Sembilan yang belum lama ini terbakar.

Nasi Uduk Koseng hanya berupa warung tenda sederhana. Di kedai ini cuma ada dua meja panjang dan empat meja kecil dengan kursi berkapasitas total sekitar 30 pengunjung.

Penggemar masakan Koseng pun sangat fanatik. Sebagai bukti, pelanggan semasa Koseng masih hidup pun masih sering singgah untuk makan di kedai ini. Jadi, jangan heran jika Anda bertemu dengan banyak opa dan oma yang sedang makan di kedai tersebut.

Berita Rekomendasi

Dan, menu pendamping nasi uduk di kedai ini juga tergolong lengkap dan banyak. Selain pindang bandeng dan semur urat yang menjadi andalan, Anda bisa mengganyang lauk yang digoreng, seperti paru, babat, empal, ayam, tahu, dan tempe. Ada juga pepes ikan teri medan dan pepes tahu. Untuk sayur, andalan kedai itu adalah sayur asem, lodeh, serta sup.

Hanya saja, Wekin, menantu Koseng yang kini mengelola kedai, tidak menjamin masakannya selalu lengkap hingga jam buka kedai berakhir. Seringkali, sajian di kedai yang buka mulai jam enam petang hingga sebelas malam ini sudah ludes pada pukul 21.00.

Jadi, sekadar saran, jika ingin menunya masih lengkap, Anda wajib tiba di kedai ini sebelum jam delapan malam. Terlebih, masakan andalan seperti pindang bandeng hanya tersedia sekitar 20 ekor per hari.

Begitu dapat tempat duduk, jangan basa-basi, segera pesan makanan gacoan kedai ini: nasi uduk dengan pindang bandeng dan semur urat.

Khusus untuk pindang bandeng, jangan ragu pesan bagian kepalanya. Sementara lauk pesanan disiapkan, sepiring nasi uduk yang masih mengepul dengan taburan bawang goreng yang lumayan banyak sudah nangkring di meja. Bau nasi uduk nan wangi langsung menyapa. Kalau dilihat lebih teliti, bulir nasinya terpisah satu sama lain dan berwarna agak butek.

Sejurus kemudian, pindang bandeng dan semur urat datang. Untuk pindang bandeng, tampangnya saja sudah cukup menggiurkan. Bagian kepala sampai badan bandeng seukuran dua kepal tangan orang dewasa tergolek di dasar mangkok besar. Kelirnya keperakan dan dagingnya terlihat tebal. Kuah pindangnya berwarna hitam, agak kental dengan cabai merah rebus yang mengambang.

Lain lagi dengan kuah semur urat yang berwarna kecokelatan. Beberapa potongan urat sapi sebesar kuku jempol orang dewasa berendam di dalam kuah semur. Bawang goreng ditabur di atas kuah sebagai topping.

Halaman
12
Tags:
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas