Saatnya Teknologi Visual Bantu Ungkap Kerusakan Kulit Akibat UV
Sebagai orang Indonesia yang berkulit sawo matang, sudah sepatutnya kita bersyukur
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai orang Indonesia yang berkulit sawo matang, sudah sepatutnya kita bersyukur. Seperti diungkapkan dokter spesialis kulit Abraham Arimuko, kulit sawo matang memiliki pertahanan yang kuat terhadap radiasi ultraviolet (UV) dari paparan sinar matahari.
"Gelapnya kulit menandakan banyaknya pigmen di kulit. Pigmen sendiri berfungsi sebagai penahan sinar UV. Jadi semakin gelap kulit, semakin baik pula pertahanannya," kata Abraham di acara peluncuran kampanye "Enjoy the Sunshine Goodness" oleh Nivea, belum lama ini.
Ini mengapa, kasus kanker kulit lebih sering terjadi pada kaum kaukasoid yang notabenenya berkulit putih pucat.
Namun bukan berarti kulit yang lebih gelap bebas dari ancaman penyakit. Kulit jenis ini tetap rentan terhadap segala bentuk kerusakan kulit sehingga perlindungan yang maksimal masih menjadi harga mutlak.
Mengaplikasikan body lotion atau tabir surya dengan SPF (Sun Protection Factor) dan PA (Protection Aging) secara rutin adalah salah satu cara memproteksi kulit dari kerusakan akibat UV.
Pertanyaannya, sudahkah Anda melindungi organ tubuh terluar itu? Jika sudah, sejauh apa dampak perlindungan tersebut pada kulit?
Sayangnya belum banyak orang yang menyadari pentingnya memproteksi kulit. Meskipun sudah, kulit belum sepenuhnya terproteksi karena salah memilih produk.
Inilah yang memotivasi Nivea untuk meluncurkan kampanye "Enjoy the Sunshine Goodness".
Dalam kampanye ini, produsen produk perawatan dan kecantikan kulit asal Jerman itu memanfaatkan kecanggihan teknologi visual terkini untuk mengungkap kerusakan kulit yang tidak terlihat secara kasat mata.
Tujuannya agar masyarakat semakin sadar akan pentingnya memproteksi kulit.
Berkolaborasi dengan Thoms Leveritt, seorang seniman visual asal Inggris, Nivea menerapkan teknologi kamera UV untuk memvisualisasikan kondisi kulit yang tidak dapat ditangkap mata dan kamera biasa.
Pada teknologi ini, visualiasi diatur dalam format pigmentasi kulit yang ditingkatkan. Alhasil, kulit cerah terlihat sangat pucat dan kulit gelap tampak semakin kelam.
Teknologi yang rencananya bakal ditempatkan di beberapa pusat perbelanjaan ini juga memungkinkan segala tanda-tanda kerusakan kulit dapat terdeteksi, salah satunya spotty pigmentation.
"Kulit yang terlindungi dengan baik akan berwarna hitam pekat. Sebaliknya, kulit yang masih terlihat cerah menandakan kulit belum mendapatkan perlindungan yang maksimal meskipun sudah menggunakan tabir surya," ungkap Yulias Rachmatika, Marketing Manager Nivea Skin Care, PT Beiersdorf Indonesia.
Itu artinya, kata Yulias, produk tabir surya yang diaplikasikan belum mampu memproteksi secara maksimal.
Sebagai solusi, Nivea menghadirkan Nivea Whitening Body Serum SPF 25 dengan PA ++ yang memproteksi kulit dari dua jenis UV sekaligus, yakni UV A dan UV B. Meski ber-SPF tinggi, Yulias menjamin produk ini tidak meninggalkan kesan lengket dan berminyak sebagaimana produk lainnya.
"Dengan kehadiran kampanye dan produk ini, diharapkan masyarakat Indonesia semakin termotivasi untuk melindungi kulitnya," kata Yulias. (Daniel Ngantung)