Tren Baru Kain Tradisional Bernama Smok
Beberapa orang perempuan setengah baya nampak begitu sibuk dengan lembaran kain berbagai warna di halaman Rumah Dinas Buati Sleman, akhir pekan lalu.
Editor: Sugiyarto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Angga Purnama
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Beberapa orang perempuan setengah baya nampak begitu sibuk dengan lembaran kain berbagai warna di halaman Rumah Dinas Buati Sleman, akhir pekan lalu.
Sesaat kemudian, kain yang sedang dijemur itu dicelup air berwarna hingga beberapa kali hingga kembali pekat. Demikian seterusnya hingga mendapatkan ketebalan warna yang sesuai dengan keinginan.
Sepintas mirip dengan proses pewarnaan batik, namun melihat bentuk kain yang nampak berkerut, tidak akan lagi berpikir jika kegiatan yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga itu sedang membuat batik.
Mereka sebenarnya sedang membuat kerajinan kain dengan teknik smok.
Sepintas istilah smok masih asing bagi masyarakat terutama bagi sebagian perajin kain tradisional. Hal tersebut tidak mengherankan lantaran teknik tergolong baru.
Pelatih pembuatan kain smok Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasdat) Sleman, Djijono mengatakan teknik tersebut merupakan pengembangan dari teknik jumput dan tritik yang sudah dikembangkan sebelumnya.
Teknik tersebut bertujuan untuk membentuk pola yang teratur dari teknik jumputan maupun tritik.
“Teknik smok memang dikombinasikan dari jumputan maun tritik. Dengan teknik ini, proses penggradasian warna menjadi lebih sempurna,” katanya.