Remehkan Kemampuan Buah Hati Itu Tanda Orangtua Suka Manjakan Anak
Orangtua punya 1001 alasan untuk membuat anak senang. Namun, mari kita perhatikan tanda-tanda berikut, apakah cara tersebut malah terlalu memanjakan
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM – Naluri kita sebagai orangtua adalah merawat, membesarkan, dan melindungi anak. Membuat anak senang adalah salah satunya. Ya, setiap orangtua pasti ingin anaknya senang dan bahagia selalu.
Maka lumrah ketika kita sering membahagiakan anak dengan membelikannya sesuatu, cepat menolongnya ketika ia tak sanggup mengerjakan sesuatu, atau sekadar memngiakan semua hal yang ia butuhkan.
Orangtua punya 1001 alasan untuk membuat anak senang. Namun, mari kita perhatikan tanda-tanda berikut, apakah cara tersebut malah terlalu memanjakan anak.
Membanjiri anak dengan pujian
Pujian itu boleh, tapi lebih efektif untuk anak yang masih sangat muda, yakni usia 0-3 tahun. Pada usia tersebut, anak sedang belajar menguasai keterampilan dasar. Memberinya pujian saat ia bisa membuang sampah ke tempatnya akan mendorong ia terus melakukan itu.
Begitu memasuki usia prasekolah, saat kita memuji pada hal-hal yang seharusnya sudah ia kuasai (misal, makan sendiri, buang air kecil di toilet, atau buang sampah di tempatnya), malah bisa mengurangi makna pujian itu.
Bahkan, membuat anak berpikir bahwa "aku makan sendiri supaya dipuji mama". Jadi, pilah-pilih memuji anak itu perlu, khususkan pada saat anak melakukan hal-hal besar atau menuntaskan suatu tantangan baru yang ia terima.
Sering menghadiahi anak dengan bermacam benda, seperti mainan, permen, cokelat, dan sebagainya.
Sama seperti pujian, terlalu sering membelikan anak sesuatu yang sebetulnya tidak ia butuhkan malah mengurangi arti dan nilai dari barang tersebut. Contoh, setiap anak ulang tahun, kita memberinya hadiah mahal yang mungkin belum sesuai dengan usianya.
Semakin besar, anak akan berharap ia mendapatkan kado yang lebih bagus dan lebih mahal. Sebaliknya, saat kita tidak memberinya apa-apa, anak akan sangat kecewa dan sedih. Tentu kita tidak ingin hal ini terjadi berlarut-larut bukan?
Sering menganggap remeh kemampuan anak sehingga kita jarang memberinya tanggung jawab untuk suatu hal.
Kita lebih suka mengerjakan keperluan anak, tanpa memberi kesempatan anak untuk melakukannya sendiri. Misalnya, anak ingin makan sendiri, tapi karena tidak mau baju anak kotor dan meja makan berantakan, plus biar cepat habis, kita cenderung menyuapi anak. Padahal, tindakan itu sama saja dengan membiarkan anak terus bergantung pada kita.
Untuk jangka pendek mungkin tak masalah, tetapi pasti berdampak untuk kemandirian anak nantinya. Mengerjakan semua keperluan anak adalah bentuk lain dari memanjakan anak. Masalahnya, kita tidak tahu apakah kita bisa terus berada di dekat anak.
Membantu anak tanpa diminta.
Ada kalanya kita perlu bijak menjaga jarak dan melihat dari jauh dulu, apakah anak bisa mengatasi sendiri masalah yang ia temui. Sesederhana membuka resleting tas, biarkan ia mencoba membukanya sendiri, sampai ia sendiri yang memanggil dan meminta tolong. Pendek kata, jangan lakukan sesuatu yang sebetulnya sudah mampu ia lakukan sendiri.
Anak terlalu bergantung pada kita.
Membuat anak terus menerus bergantung pada kita rasanya seolah kita adalah satu-satunya orang yang diandalkan anak. Namun, seiring ia tumbuh besar, ketergantungan itu pun harusnya juga berkurang. Anak harus belajar merasa nyaman dengan orang selain kita, bahkan bisa mengandalkan dirinya sendiri.