Sulitnya Meyakinkan Pemuda Kota Kretek untuk Jadi Perajin Batik
Meyakinkan masyarakat untuk melirik batik Kudus ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Peragaan Pasar Malam mustahil terwujud tanpa tangan-tangan perajin batik. Seluruh kain yang ditampilkan adalah buah karya para perajin asuhan Bakti Budaya Djarum Foundation. Beberapa di antaranya bahkan diciptakan saat Bakti Budaya Djarum mulai membina mereka 2011 silam.
Menurut Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, pembinaan tersebut bermisi memotivasi masyarakat setempat, khususnya kaum muda, untuk membatik agar batik kudus tetap eksis. Masyarakat Kudus umumnya bekerja di sektor pabrik, khususnya kretek. Tidak mengherankan jika Kudus disebut Kota Kretek.
"Pembinaan ini diharapkan dapat mengasah kemampuan para peraji sehingga batik yang dihasilkan semakin berkualitas. Dengan begitu, permintaan semakin tinggi," kata Renitasari.
Keahlian ini, lanjut Renitasari, bisa menjadi bekal kelak bila mereka tidak bisa lagi melinting kretek lagi karena berbagai faktor.
Meyakinkan masyarakat untuk melirik batik Kudus ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah.
Miranti Serad Ginanjar, dari Galeri Batik Kudus, mengatakan, masyarakat setempat masih meyakini bahwa bekerja di pabrik menjanjikan masa depan yang lebih cerah karena gajinya yang lebih besar.
Namun Miranti dan Bakti Budaya Djarum Foundation tidak patah semangat. Berkat kesabaran dan komitmen besar, akhirnya semakin banyak masyarakat yang mau dibina. Mereka umumnya pemuda-pemudi dan ibu rumah tangga.
"Mengajarinya pun butuh kesabaran karena sebagian dari mereka masih baru terhadap batik. Hasilnya baru terlihat setelah setahun mengikuti pembinaan," kata Miranti terharu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.