Seniman Grafis Aceh Rambah Bisnis Kopi di Jawa, Ini Kisah Mereka
Andalan utama Morenk memang seduhan kopi arabika dan sejumlah jenis makanan berat dan ringan dari Aceh.
Editor: Robertus Rimawan
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua seniman disain grafis berdarah Aceh, Ahmad Mauladi alias Morenk, dan M Dafi Al Hasballah, sejak setahun terakhir memilih terjun dalam bisnis warung kopi dan pemasok kopi jenis arabika Gayo di Pulau Jawa.
Morenk membuka usaha warung kopi dengan label 'Kopi Pancong Arabika Gayo' di kompleks Kalibata City, Jakarta Selatan.
Sementara M Dafi merintis usaha barunya di Jalan Kaliurang Km 5 Yogyakarta, mendirikan warung kopi 'Kupula Coffee Arabika Gayo."
Warung kopi milik Morenk buka 24 jam. Dalam waktu tak terlalu lama langsung merampas perhatian para penikmat kopi arabika.
Andalan utama Morenk memang seduhan kopi arabika dan sejumlah jenis makanan berat dan ringan dari Aceh, yakni ayam tangkap, nasi goreng, mie Aceh dan lain-lain.
Morenk melengkapi sajian menunya dengan 'pisang goreng singkawang,' dari Kalimantan Barat.
Morenk, 42 tahun, mengkhususkan sajian kopi tubruk arabika dalam dua variasi: kopi pancung dan spesial.
Kopi pancung, sesuai namanya, takarannya lebih sedikit alias "pancung" dan disajikan dalam cangkir kaleng. Sedangkan spesial arabika disajikan dalam cangkir kaca.
"Alhamdulillah bisa terjual 30 kg bubuk atau setara 3000 cangkir kopi per bulan. Morenk juga melayani pembelian bubuk kopi dalam bentuk kemasan, dan kopi biji (green bean).
M Dafi Al Hasballah juga mengandalkan menu utama warungnya dengan kopi arabika Gayo. Saat 'menggebrak' Yogya, Dafi juga memperoleh sambutan positif.
Sejumlah penikmat kopi langsung melirik seduhan kopi Dafi yang disajikan dengan olahan mesin kopi (coffee maker).
Dafi hijrah ke Yogya setahun silam. Sebelumnya ia membuka usaha di Lampaseh Kota, Banda Aceh. Dafi lahir di Banda Aceh, 1977.
"Kupula Coffee" milik Dafi juga tak ketinggalan menyajikan menu khas Aceh "nasi tuna" yang diolah oleh istrinya sendiri.