Luna Divonis Tak Bisa Punya Anak Gara-gara Operasi Pembesaran Bokong
Usai ukuran bokongnya membesar, hidupnya jadi berantakan.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM – Seorang model menjalani prosedur untuk membesarkan ukuran bokongnya. Namun, usai ukuran bokongnya membesar, hidupnya jadi berantakan.
Kenapa? karena prosedur tersebut membuatnya infertil atau tidak bisa memiliki keturunan. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Model bernama Silvina Luna (35), menyatakan bahwa injeksi filler pada kedua bokongnya membuat dirinya menderita secara fisik. Sebab, dia harus mengonsumsi pil penyelamat yang mengakibatkannya tidak bisa memperoleh keturunan.
Awalnya, Luna berharap prosedur yang mengharuskannya merogoh kocek 700 poundsterling atau setara sekitar Rp 14,7 juta ini, membuat bokongnya lebih besar dan kencang.
Sekarang, dia berbalik menuntut dokter yang menjalankan prosedur kosmetik tersebut. Luna yang berasal dari Argetina ini menyatakan bahwa dia tidak bisa menaiki tangga dan bahkan tidak bisa berjalan dengan baik setelah butiran-butiran akrilik diinjeksikan pada bokongnya, agar terlihat lebih bulat dan besar. Prosedur tersebut dilakukan oleh seorang dokter bedah plastik bernama Anibal Lotocki.
"Saya merasakan sakit yang luar biasa setelah menjalani operasi tahap pertama dan kondisi saya terus melemah. Saya bahkan tidak bisa berjalan menuruni tangga dengan benar tanpa bantuan. Saya sempat berasumsi bahwa ini adalah efek samping yang normal dan tidak menghentikan saya untuk kembali menjalani operasi tahap kedua sebulan kemudian, namun kondisi saya malah tambah buruk," terang Luna.
Pasca operasi yang dilakukan di Buenos Aires, Argentina, pada tahun 2011 tersebut, membuat Luna pun tidak bisa lagi meminum minuman beralkohol, tidak bisa mengonsumsi daging merah dan secara konstan merasakan nyeri di persendiannya. Kabarnya, dr Lotocki memberikan Luna potongan harga sehingga dia bisa mengklaim dirinya sebagai "Dokter Bedah Plastik Para Bintang."
Celaka, ternyata dr Lotocki bukan anggota Persatuan Dokter Bedah Plastik, Estetika, dan Reparatori Argentina, sebuah organisasi yang mengawasi kinerja para dokter bedah plastik di negara berjuluk Negeri Tango tersebut.
"Dia (Luna) mengonsumsi tujuh pil sehari, minum tiga liter air putih, dan tidak bisa makan daging ataupun minum minuman beralkohol. Dia terus-menerus merasakan nyeri di persendian dan karena operasi tersebut dia harus mengonsumsi obat aborsi yang artinya ia tidak bisa menjad seorang ibu," ujar seorang sahabat Luna.