KDRT Atas Nama Cinta
Biasanya KDRT terjadi pada rumah tangga keluarga dengan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kemiskinan atau yang tidak berpendidikan
Editor: Ade Mayasanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kekerasan dalam rumah tangga atau biasa disingkat KDRT beberapa kali menjadi berita utama di media baik internasional maupun nasional. Ada suami yang aniaya istri, orangtua yang bertindak sadis terhadap anak, atau bahkan, pasangan selebriti yang saling adu di meja hukum lantaran KDRT.
Dari sekian peristiwa KDRT tersebut, fokus bahasan kita kali ini adalah antara suami dan istri dalam mengarungi rumah tangga.
Biasanya KDRT terjadi pada rumah tangga keluarga dengan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kemiskinan atau yang tidak berpendidikan. Namun KDRT tidak hanya terjadi di pedesaan, tetapi juga perkotaan dan merata di semua strata sosial-ekonomi masyarakat. Baik pria maupun wanita mungkin menghadapi kekerasan dalam rumah tangga.
Tetapi dalam sebagian besar situasi, persentase yang menghadapi kekerasan dalam rumah tangga adalah perempuan. Mengapa demikian? Bisa variatif jawabannya, tergantung kondisi pihak perempuan dan laki-laki serta lingkungan dan budaya yang menaungi mereka.
Meskipun hukum terhadap kekerasan dalam rumah tangga secara aktif diberlakukan di beberapa negara, masalah ini masih tetap merupakan masalah abadi dari proporsi epidemi. Akibatnya, penting untuk mendidik diri sendiri tentang kekerasan dalam rumah tangga dan harus diperhatikan tanda-tanda dalam kehidupan Anda sendiri atau dalam kehidupan orang-orang di sekitar Anda.
Sebuah pencegahan akan menjauhkan Anda terlibat didalamnya, sehingga Anda dapat mencari bantuan yang tepat waktu untuk diri sendiri atau orang lain yang menjadi korban KDRT.
Di antara berbagai tanda-tanda kekerasan dalam rumah tangga, di sini adalah lima yang harus Anda diperhatikan.
1. Apakah pasangan Anda "meremehkan" Anda secara emosional?
Dalam sebuah hubungan yang penuh kekerasan, salah satu pasangan cenderung meremehkan yang lain secara emosional baik saat sedang berdua ataupun di depan umum, seperti seolah mempermalukan sehingga menimbulkan rasa tidak berharga pasangannya. Misalnya, pasangan Anda membuat Anda merasa bahwa Anda dilecehkan baik secara verbal atau fisik karena kelemahan Anda dan tidak menganggap apapun yang Anda ungkapkan atau katakan.
2. Apakah pasangan Anda mengontrol Anda?
Jika pasangan Anda cenderung sering menelepon Anda dengan nada memeriksa atau seolah menginvestigasi, itu adalah tanda posesif atau mungkin rasa cemburu. Pasangan Anda tampaknya tidak mempercayai Anda atau bahkan membuat Anda merasa tidak punya ruang apapun untuk bernapas. Pasangan Anda mengontrol Anda dengan berteriak pada Anda atau mengancam Anda dan anak-anak Anda atau dengan membatasi akses Anda ke masalah finansial jika tidak diikuti keinginannya. Pasangan Anda bahkan dapat mengancam bunuh diri jika Anda meninggalkannya, yang hal ini merupakan bentuk terkuat dari luapan emosi yang tak terkontrol.
3. Apakah pasangan Anda menyakiti Anda secara fisik?
Menyerang Anda secara fisik atau seksual untuk mengancam dan mengontrol Anda adalah jenis kekerasan dalam rumah tangga yang paling banyak terjadi. Jika pasangan Anda telah melukai Anda sekali, studi menunjukkan bahwa serangan fisik pasti akan terus berlanjut.
4. Apakah pasangan Anda "mengisolasi" Anda?
Isolasi adalah tanda lain dari kekerasan dalam rumah tangga di mana pasangan mencoba untuk menjauhkan Anda dari dunia luar; Anda terus-menerus dilarang untuk melangkah keluar untuk kepentingan Anda sendiri atau untuk bertemu orang lain. Taktik control seperti ini akan meningkatkan ketergantungan Anda terhadap pasangan, dan makin membuat Anda mengalami sisi emosional yang lebih parah. Anda mungkin jadi harus sering minta izin untuk bertemu teman-teman Anda atau bahkan untuk pergi bekerja, dimana proses boleh tidak nya Anda pergi harus ada birokrasi tingkat tinggi yang lebih sering tidak disetujui.
5. Apakah pasangan Anda menyalahkan Anda atas perilaku mereka sendiri?
"Selalu Menyalahkan" adalah jenis KDRT yang paling umum dari berbagai KDRT dimana pelaku menyalahkan perilaku kasar mereka adalah karena sikap atau perilaku Anda. Cara mengetahui hal ini adalah pada saat pasangan selalu mencoba menemukan kesalahan Anda dan ia seolah menjadi "korban" dari segala masalah yang terjadi, saat Anda mengkonfrontasi perilaku KDRT-nya terhadap Anda.
Ketika hal-hal seperti diatas muncul, itu adalah tanda-tanda adanya pelecehan atau KDRT. Meskipun sulit karena hubungan Anda dan dia adalah atas nama CINTA, namun saatnya bagi Anda untuk bersikap tegas dan mencari bantuan baik dari teman, konsultan keluarga atau polisi. Dan selalu ingat, Anda layak untuk hidup lebih baik dan lebih bahagia; perilaku KDRT bukan merupakan kesalahan Anda.
BERTHA SEKUNDA
Psikolog