Nutrisi Tepat di Awal Kehidupan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak dengan Alergi Protein Susu Sapi
Rangkaian diskusi kesehatan dan gizi Nutritalk dimulai dari kota Medan yang mewakili Pulau Sumatera
Editor: Toni Bramantoro
Pada awal kehidupan ada asupan nutrisi tertentu, yang sebenarnya mengandung gizi yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh-kembang yang optimal, namun tidak bisa ditoleransi oleh anak-anak dengan risiko alergi.
“Dibutuhkan intervensi nutrisi yang tepat bagi anak-anak dengan risiko tidak toleran terhadap protein susu sapi, sehingga anak terhindar dari alergen pemicu, tapi tetap memperoleh nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal. Intervensi nutrisi yang dapat dilakukan terhadap anak-anak dengan risiko tidak toleran terhadap protein susu sapi salah satunya adalah pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisasi parsial,” jelas DR. Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K).
DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K) menjelaskan, “Protein terhidrolisis parsial adalah sebuah hasil dari teknologi yang memotong panjang rantai protein menjadi lebih pendek dan memperkecil ukuran massa molekul protein sehingga protein akan lebih mudah dicerna dan diterima oleh anak.”
Teknologi ini memungkinkan anak yang tidak toleran terhadap protein susu sapi, dapat tetap memperoleh nutrisi dengan asupan protein yang dibutuhkan untuk mendukung tercapainya pertumbuhan yang optimal.
Dengan rantai yang lebih pendek dan ukuran massa molekul yang lebih kecil, tidak berarti kandungan nutrisi protein terhidrolisis parsial berkurang. Sebaliknya rantai yang lebih pendek dan ukuran massa molekul yang lebih kecil memudahkan nutrisi yang dikandung dicerna dan diserap.
“Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisis parsial sebagai salah satu langkah praktis dalam upaya intervensi nutrisi bagi anak dengan faktor risiko tidak toleran protein susu sapi, karena proteinnya lebih mudah dicerna dan diterima oleh anak. Adapun langkah lainnya adalah berupa pencegahan untuk anak yang telah terpajan alergen dan pencegahan untuk anak yang sudah terkena dampak lainnya dari alergi, dengan tujuan agar reaksi alergi tidak berulang, bertambah berat, maupun tidak terbawa sampai dewasa,” kata DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K).
DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K) melanjutkan, berdasarkan studi di Filipina, pemberian susu hidolisis parsial terlihat dapat menurunkan resiko secara substansial terjadinya
"Dermatitis Atopik (Eksim) dan berkaitan baik langsung maupun tidak langsung terhadap biaya kesehatan bayi yang beresiko.” kata DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K).
Untuk anak-anak yang memiliki risiko tidak toleran terhadap susu sapi, intervensi nutrisi dapat dilakukan berupa pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisasi parsial.
Namun apabila anak telah untolerant terhadap protein susu sapi, maka nutrisi dengan protein terhidrolis parsial sudah tidak efektif digunakan. Menurut DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K), salah satu alternatif pemberian nutrisi yang efektif bagi anak-anak yang mengalami alergi protein susu sapi adalah formula dengan isolat protein kedelai.
“Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa pola pertumbuhan, kesehatan tulang dan fungsi metabolisme, fungsi reproduksi, endokrin, imunitas, dan sistem saraf dari anak-anak pengkonsumsi formula dengan isolat protein kedelai tidak berbeda secara signifikan dengan anak-anak yang mengkonsumsi susu sapi,” ujar DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K).
DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K) menambahkan, tidak saja menjadi opsi yang terjangkau, formula dengan isolat protein kedelai dapat djadikan pilihan yang aman bagi anak dengan alergi protein susu sapi, karena dapat ditoleransi dengan baik.
“Selain itu, di Indonesia formula kedelai merupakan asupan yang disukai karena rasanya yang enak,” ujar DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K).