Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Anna Maria Pengacara Pelestari Tenun Songket Indonesia

Anna Mariana, SH, MBA, seorang wanita pengacara secara total terjun melestarikan berbagai jenis kain tenun tradisonal

Editor: FX Ismanto
zoom-in Anna Maria Pengacara Pelestari Tenun Songket Indonesia
nur ichsan/warta kota/nur ichsan
SONGKET- Anna Mariana, pelestari tenun kain songket tradisional Indonesia, saat ditemui di kediamannya di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. WARTA KOTA/Nur Ichsan 

Laporan Wartawan Warta Kota, Nur Ichsan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Disadari atau tidak disadari, keberadaan kain tradisional Indonesia nyaris dilupakan dan tersisih dari persaingan di dunia saat ini. Memang dalam kenyataannya kita saat ini jarang sekali menemukan wanita yang mengenakan busana tradisional.

Anna Mariana, SH, MBA, seorang wanita pengacara secara total terjun melestarikan berbagai jenis kain tenun tradisonal, seperti songket dan tenunan tradisional Indonesia lainnya. Terkait soal kain songket, ia punya pengalaman menarik, karena pernah salah satu koleksi yang dimilikinya ingin ditukar dengan sebuah mobil mewah, namun ditolaknya. Ini dilakukan karena Ia bercita-cita akan membuat museum kain tenun tradisional Indonesia, untuk menyimpan koleksinya yang jumlahnya ribuan jenis kain.

Anna Mariana, mengaku pertama kali mengenal dunia kain dan tenun tradisional Indonesia, utamanya dari Bali, saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas.

”Saya senang sekali bila melihat orang mengenakan kain, apa itu batik, maupun tenun, seperti saat saya melihat Ibu Tien Soeharto, terlihat begitu anggun dan elegan, ” kata perempuan yang juga seorang pengacara ini.

Ditambahkannya, sejak kecil ia sering melihat ibunya mengenakan kain tradisional saat hendak pergi kemanapun, mereka itu terlihat begitu anggun seperti ibu Kartini . Bila dulu orang mengenakan batik lawasan, karena saat itu masih belum ada kalaupun ada masih terbilang langka tenunan, orang masih jarang terlihat memakai serta jarang pula orang yang mengembangkannya, secara langsung atau tidak, ibu saya telah mengajarkan saya untuk mencintai warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan

Sekitar 25 tahun silam, saat menjadi notaries  dan terjun berwiraswasta, Anna mulai punya waktu untuk  menekuni dunia kain tradisional yang menjadi minatnya selama ini. Tak heran karena saat itu Anna sudah mulai berpikiran bisnis, meskipun berlatar belakang pendidikan di dunia hukum, saat belajar bisnis di Boston University, Amerika, Anna mangambil manajemen bisnis, agar saat menangani bisnis sudah memiliki ilmunya dan berupaya untuk mengumpulkan uang untuk mengembangkan bisnis kain.

Berita Rekomendasi

Kain tenun Songket yang baru berkembang sepuluh tahun terakhir ini, sudah banyak orang yang bisa menenun dengan ide yang inovatif dan sangat kreatif serta bahan baku yang mudah didapat sehingga kondisi ini mulai berkembang pesat. Meskipun begitu, harga kain ini masih terbilang mahal karena proses pembuatannya yang memerlukan ide kreatif dan lama pembuatannya yang hingga berbulan bulan bahkan ada yang tahunan, jadi jangan heran bila harga penjualan songket mahal karena prosesnya handmade. Bila dahulu harganya murah sekali sekitar dua puluh ribuan, tetapi saat ini bisa mencapai dua juta hingga dua puluh juta Rupiah. Di awal usahanya, Anna pernah menawarkan barang dagangnnya itu dari pintu ke pintu atau ke kantor untuk pembuatan seragam karyawan. Setelah sekian lama berusaha sambil mengumpulkan modal, akhirnya Anna bisa membuka gerai sendiri dan membuka butik di rumahnya, untuk memperkenaalkan kain dagangannya, Anna rajin mengikuti berbagai pameran dadakan di dalam maupun di luar negeri.

Saat ini alat komunikasi sudah canggih, seperti media sosial sehingga memudahkan utuk melakukan promosi produk yang dimiliki, rajin mengikuti berbagai  pameran-pameran atau fashion show, sehingga membuat banyak orang yang tahu produk kain tradisional tersebut, di samping itu, kedutaan Indonesia di luar negeri juga banyak membantu dalam promosi dan pemasaran.

“Untuk menyatukan para praktisi kain tenun songket saya membentuk asosiasi yang diberi nama KPKN – Komunitas Pencinta Kain Nusantara dan  juga KCB Komunitas Cinta Berkain. Selain itu saya juga menciptakan Komunitas sendiri yang punya visi dan missi membawa nama baik dan mempromosikan karya-karya seni Indonesia ke mancanegara, ” ujar Anna Maria.

"Dari Sabang sampai Merauke, telah Anna jejaki untuk mencari informasi tentang tenun tradisional khas daerah setempat, seperti:  Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barathingga  papua. Bila ada penenun yang bagus di daerah setempat, pasti akan saya datangi, saya ingin menggali informasi dan mencari tahu sejauh mana kemampuan mereka untuk mengembangkan karyanya. Di sini mereka saya bantu untuk mendapatkan pengetahuan tentang dunia pertenunan tradisional dan cara pengembangannya baik dari kualitas kain maupun motifnya, alhamdulilaah saat ini banyak motif baru yang tercipta dengan bahan baku tenunan yang lebih baik lagi sehingga membuat mutu dan kualitasnya menjadi lebih baik lagi dan kain tersebut kini sudah bisa dipakai untuk kegiatan apa saja, ” jelas Anna Mariana.

"Berbagai jenis kain yang kini memiliki motif unik dengan nilai tinggi perlu dilindungi hak ciptanya, untuk melindungui hak cipta saya membantu mereka untuk mematenkan hasil karyanya juga telah menciptakan beberapa motif dan sudah dipatenkan, ” tutur Anna Mariana.

Sangat disayangkan, banyak anak muda yang tidak tertarik dengan dunia tenun menenun , mereka masih mempunyai pola pikir kalau menenun itu pekerjaan orang yang sudah tua-tua, apalagi kalau proses menenun itu membutuhkan waktu yang lama, memang banyak anak-anak muda di Bali yang mencari pekerjaan lain.

"Tetapi saya tidak putus asa , saya berupaya menggugah kesadaran mereka, saya ingatkan kalau mau serius menangani kain tenun tradisional, mereka juga bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan banyak, saya bersyukur akhirnya mereka mau, dan sekarang terjadilah regenerasi penenun muda, ” kata Anna Mariana.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas