Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Ada Nama Gus Dur Terukir di Altar Abu Kawasan Pecinan Semarang

Pada altar itu ternyata tampak sesuatu yang tidak terduga yakni sinci bertuliskan nama KH Abdurahman Wahid

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Ada Nama Gus Dur Terukir di Altar Abu Kawasan Pecinan Semarang
TRIBUN JATENG/AKHTUR GUMILANG
Sinci bertuliskan nama KH Abdurahman Wahid 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Akhtur Gumilang

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sejumlah pengurus Lansia Dharma Senja sedang menggelar pertemuan rutin untuk membahas datangnya perayaan Imlek 2569 yang jatuh tepat 16 Februari 2018 nanti.

Pertemuan itu berada di Gedung Rasa Dharma di Jalan Wotgandul, Kranggan, Semarang Tengah, Semarang, Jawa Tengah 13 Februari 2018 siang.

Saat ditemui, Ketua Lansia Dharma Senja Ong Ek Hok sedang mempersiapkan acara bersih-bersih altar abu yang berada di tengah aula gedung.

Pada altar itu ternyata tampak sesuatu yang tidak terduga yakni sinci bertuliskan nama KH Abdurahman Wahid

Kepada Tribunjateng.com (Tribunnews.com Network) , Ong menyatakan bahwa tulisan sinci tersebut sebagai bentuk penghormatan atas sumbangsih KH Abdurahman Wahid alias Gusdur bagi warga etnis Thionghoa.

"Keberadaan sinci berguna untuk melihat silsilah leluhur. Jadi, kalo mau melihat keturunannya sampai ke tingkat paling awal bisa terlacak," ungkap Ong.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, jika ditelusuri dari silsilah keluarganya, Gusdur ternyata mempunyai marga Tan.

Fakta itu diperkuat saat semasa hidupnya, Gusdur pernah mencari silsilah leluhurnya sampai ke China.

Baca: Hujan Saat Imlek Simbol Keberkahan, Jika Tidak Terjadi Akankah Ada Bencana? Ini Kata Pengamat Budaya

"Sinci yang berukir nama Gusdur tersebut sudah ada di sini sejak lima tahun terakhir. Itu sudah sesuai persetujuan dari pihak keluarganya sebagai bentuk penghormatan tertinggi sebagai Bapak Thionghoa Indonesia," lanjutnya.

Ong berpendapat, jika Gusdur berperan besar dalam menghidupkan kembali tradisi kebudayaan khas Thionghoa yang sempat dilarang pada era Orde Baru.

Sebab, Gusdur tidak pernah membeda-bedakan latar belakang agama seseorang dalam setiap kebijakannya.

Gusdur juga aktif membela hak-hak warga peranakan Thionghoa yang kerap dikebiri.(*)

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas