Harajuku, Dari Basis Ninja Hingga Pusat Mode
Harajuku sendiri sebenarnya adalah sebutan populer untuk kawasan yang membentang dari bagian selatan wilayah Sendagaya ke Jingumae-machi.
Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM - Saat pertama kali menyebut Harajuku, persepsi orang langsung tertuju pada berbusana modern yang sedikit nyleneh.
Tidak sepenunya salah karena memang di Harajuku banyak ditemui orang yang berbusana “nyeleneh” dalam arti berani memadukan warna, potongan, dan aksesoris dalam berbusana.
Menarik untuk menggali asal-usul Harajuku.
Untuk lebih detail mengetahui latar sejarah Harajuku, ada baiknya kita jauh mundur ke belakang.
Harajuku sendiri sebenarnya adalah sebutan populer untuk kawasan yang membentang dari bagian selatan wilayah Sendagaya ke Jingumae-machi.
Atau, menurut warga Tokyo, kawasan Harajuku dimulai dari Stasiun Harajuku hingga Omotesando.
Meski demikian, Harajuku bukanlah sebutan resmi untuk menunjukkan alamat.
Japan National Tourism Organization menyebut, setelah Olimpiade Tokyo tahun 1964 banyak butik fashion dibuka di wilayah itu.
Sejak itulah Harajuku menjadi tempat berkumpul anak muda Jepang yang memakai busana-busana unik.
Awalnya, wilayah Harajuku lebih dikenal sebagi basis ninja. Sebelum zaman Edo, wilayah itu menjadi kota penginapan (juku) bagi orang yang bepergian melalui jalur utama Kamakura.
Pada 1590, Tokugawa Ieyasu, shogun pertama dari keshogunan Tokugawa menghadiahkan wilayah Harajuku dan Onden kepada para ninja dari Provinsi Iga sebagai balas budi karena para ninja itu pernah membantunya melarikan diri dari Sakai ke Mikawa dalam insiden Honnoji.
Para ninja kelompok Iga ini kemudian mendirikan markas di Harajuku untuk melindungi kota Edo (kini disebut Tokyo) karena letaknya yang strategis.
Selain ninja, kelompok samurai shogun juga tinggal di Harajuku.
Lambat laun, wilayah Harajuku semakin berkembang lebih-lebih setelah menjadil jalur yang menghubungkan Tokyo dengan daerah sekitarnya.