Bukan Sekadar Gaya Hidup, Betapa Pentingnya Kopi di Kota 'Angin' Wellington
Ngopi bagi masyarakat Selandia Baru tidak hanya sekadar gaya hidup saja, namun sudah menjadi kebutuhan mereka saat beraktivitas.
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, WELLINGTON - Ngopi bagi masyarakat Selandia Baru tidak hanya sekadar gaya hidup saja, namun sudah menjadi kebutuhan mereka saat beraktivitas.
Apalagi, cuaca berangin di musim peralihan dari panas ke gugur kali ini menambah hasrat untuk meneguk secangkir kopi hangat sambil berjalan di pedestrian di Kota Wellington.
Sepanjang Jalan Victoria di kota yang dijuluki 'Kota Angin' itu nampak beberapa kedai yang sudah ramai pengunjung sekira pukul 10.00 waktu setempat.
Kopi Americano menjadi favorit warga Kota Wellington, ujar seorang barista kedai kopi Colombus di Jalan Featherston.
Satu cup Kopi Americano seharga 3,5 Dolar Selandia baru atau sekira Rp 35.000.
Kebanyakan biji kopi yang disajikan untuk satu cup nya berasal dari tanaman kopi lokal. Selain aroma, tingkat keasaman kopi agak berbeda dengan kopi lokal Indonesia.
Kebiasaan ngopi masyarakat Selandia Baru ini diakui oleh Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya.
"Jadi rata-rata mereka minum kopi itu sampai dengan empat cups per hari. Jadi, mereka bisa habiskan 16 dolar atau 160 ribu per hari hanya untuk kopi," ucap Tantowi.
Selama ini, Indonesia menjadi eksportir kopi ke Selandia Baru. Namun, kopi yang diekspor dalam bentuk campuran.
"Sekarang ini kita masukkan sebagai pencampur. Tujuan kita nanti itu sebagai single origin," tutur Tantowi.
Indonesia diketahui memiliki banyak varietas biji kopi, misalnya kopi Mandailing, kopi Kintamani dari Bali, kopi Berastagi, kopi Gayo dan lainnya.
Selain varietas yang banyak, setiap kopi yang ada juga memiliki aroma yang berbeda-beda, sehingga, Tantowi meyakini kopi Indonesia bisa diterima masyarakat Selandia Baru.
"Jadi ini pasar premium sebenarnya," ucap Tantowi Yahya.