Bowo Alpenliebe dan 'Tik Tok' Dipandang KPAI sebagai Fenomena Anak Generasi Z
Perudungan yang menimpa Bowo Alpenliebe menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum cukup siap dan bijak menerima fenomen anak generasi z.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, mengatakan terdapat fenomena yang terjadi pada anak-anak Generasi Z yang lahir dari tahun 1995 hingga 2014.
Generasi ini dengan begitu mudahnya anak-anak mengakses berbagai macam informasi melalui gawainya.
"Pertama saat ini anak usia sekolah bahkan juga remaja dekat dengan dunia digital memang cukup tinggi maka dengan adanya inovasi-inovasi yang muncul baru ini menjadi pertanda bahwa anak Indonesia dalam sejumlah kasus memang memiliki rasa penasarannya tinggi, rasa ingin mengetahuinya tinggi, rasa ingin melakukan hal-hal yang baru juga tinggi," kata Susanto, di Kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (9/7/2018).
Sementara itu, Komisioner KPAI Bidang Ponografi dan Cyber Crime, Margaret Aliyatul Maimunah, mengatakan, fenomena tersebut harus diimbangi oleh pengetahuan orangtua mengenai pemahaman menggunakan berbagai macam gawai.
Hal itu penting agar supervisi kepada anak-anak bisa terus dilakukan.
"Kami tidak dapat memungkiri bahwa hidup di era digital. Hari ini enggak mungkin diputuskan atau dijauhkan.
Baca: Young Lex Sebut Dirinya Tak Cari Keuntungan dari Dukung Bowo Alpenliebe
Anak-anak usia belum sekolah sudah bisa menggunakan gadget dan smartphone dan sebagainya dan bisa mengakses YouTube, sudah bisa mengakses hal yang lainnya. Jadi hari ini memang fenomenanya ada seperti ini dan ada fenomena lain di mana orangtua tidak siap terhadap kecanggihan seperti pemahaman tentang teknologi sekarang ini," kata Margaret.
Sedangkan Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, mengatakan, perudungan yang menimpa Bowo Alpenliebe menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum cukup siap dan bijak menerima kondisi di mana seseorang bisa dengan cepat terkenal hanya dengan mengunggah sesuatu di media sosialnya.
"Mari menggunakan media sosial dengan bijak dan bukan untuk anak-anak saja, tapi juga orang tua. Karena tidak tidak layak orang dewasa, orang sudah lebih tua dari Bowo, tapi memaki-maki atau mem-bully Bowo dengan cara-cara yang tidak pantas. Ini pembelajaran untuk bangsa ini, untuk tidak menebar kebencian di medsos, karena anak-anak pengguna ini jadi mencontoh orang orang dewasa yang melakukan bully," kata Retno.
Aplikasi Tik Tok yang tengah 'booming' di kalangan masyarakat terutama di anak-anak remaja mendadak diblokir oleh Kemenkominfo lantaran dinilai terlalu banyak berisi konten negatif.
Baca: Bowo Tik Tok Sulit Dihubungi, KPAI Minta Bantuan Young Lex
Aplikasi ini juga menjadi boomerang bagi artis Tik Tok yang masih duduk di bangku SMP, Bowo Alpenliebe.
Bowo yang awalnya bukan siapa-siapa, mendadak menjadi buah bibir.
Ketenarannya pun dimanfaatkan oleh sejumlah pihak untuk menggelar acara Meet and Greet dengan biaya Rp 80.000.
Banyaknya fans yang kecewa lantaran Bowo dinilai tak sesuai dengan ekspetasi mereka menyebabkan ia dihujat netizen.
Sindiran bahkan ancaman datang silih berganti hingga membuat orangtuanya keluar dari pekerjaannya karena tak kuat terhadap hujatan netizen.