Riset Menyebut Kaum Milenial Merasa Usia Tua adalah Cobaan
Mayoritas orang memandang usia tua sebagai sebuah periode kemunduran dan sebagai cobaan.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Sekitar 40 persen kaum milenial percaya bahwa demensia adalah bagian yang tak terelakkan dari bertambahnya usia.
Demensia itu sendiri adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan kemampuan otak.
Sebagai contoh, daya ingat yang berkurang, kemampuan berpikir yang menurun, serta menurunnya kecerdasan mental. Akibatnya, kaum milenial ini sangat khawatir terhadap penuaan.
Menurut riset terbaru, para kaum milenial ini beranggapan seiring bertambahnya usia, maka mereka akan mendapatkan diskriminasi usia.
Royal Society for Public Health (RSPH) bekerjasama dengan Yayasan Calouste Gulbenkian mempublikasikan temuan mereka tentang sikap ‘ageism’.
Ageism adalah prasangka atau diskriminasi atas dasar usia seseorang, biasanya sikap ini sering terjadi di kalangan masyarakat.
Hal ini dapat bermanifestasi pada orang-orang dari usia muda dan menimbulkan perilaku diskriminatif terhadap orang yang lebih tua.
Merujuk pada laporan RSPH dan Yayasan Calouste Gulbenkian, menemukan mayoritas orang memandang usia tua sebagai sebuah periode kemunduran dan sebagai cobaan.
Sebanyak 30 persen kaum milenial percaya bahwa ketika menjadi tua maka kesepian akan terjadi pada diri.
Tak hanya itu, seperempat milenial percaya semakin tua seseorang, maka akan kehilangan rasa bahagia dan akan mendapatkan hidup yang tertekan.
RSPH juga menemukan dua dari lima millenium berusia 18 hingga 34 tahun percaya bahwa demensia adalah bagian penuaan yang tak bisa dihindarkan.
“Secara keseluruhan, usia adalah yang paling umum di kalangan millenial yang mana sejauh ini memiliki pandangan paling negatif terhadap penuaan semua kelompok usia,” tulis salah satu keterangan laporan RSPH yang dikutip dari laman independent.co.uk.
Kaum milenial yang percaya, hal ini akan sering terjadi saat diri mereka mulai beranjak usia tua.
Padahal, pemikiran seperti ini dapat memiliki dampak luas pada kesehatan, bahkan parahnya bisa berisiko pada perasaan depresi.
Penelitian pun mengatakan mereka yang memiliki pandangan negatif tentang bertambahnya usia kemungkinan hidupnya tujuh setengah tahun lebih sedikit daripada mereka yang melihatnya dalam pandangan positif.
“Dampak dari bersikap negatif terhadap penuaan, malah dipercaya berdampak pada peningkatan kehilangan memori, risiko depresi lebih tinggi, sulit pulih dari penyakit, pola hidup tidak sehat, dan citra tubuh yang buruk,” jelas laporan RSPH.
Untuk itu, agar para kaum millenial tidak khawatir lagi akan masa penuaan dan menghilangkan sikap ageism, RSPH memulai beberapa kampanye untuk mengubah sikap publik terhadap orang yang lebih tua.
Yang mana salah satu inisiatif ini adalah permintaan untuk mengakhiri penggunaan istilah ‘anti-penuaan’ di industri kosmetik dan kecantikan.
Ini dilakukan RSPH sebagai bagian bertanggung jawab atas tekanan yang dirasakan lelaki dan perempuan untuk terlihat muda.(*)