Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Lifestyle

Awas! Berbohong Termasuk Gangguan Kepribadian, Sekali Melakukan Akan Terus Mengulangnya

Bagi beberapa orang, mereka adalah pembohong patologis, berarti mereka tidak dapat berhenti menyebarkan informasi yang salah tentang diri sendiri dan

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Awas! Berbohong Termasuk Gangguan Kepribadian, Sekali Melakukan Akan Terus Mengulangnya
TribunStyle/kolase / www.aconsciousrethink.com / myastrallife.com
Zodiak yang suka berbohong 

TRIBUNNEWS.COM - Kebohongan sudah sering ditemukan di kehidupan sosial.

Bumbu-bumbu dusta tampaknya seolah menjadi keseharian manusia.

Dalam perkembangan otak, kita memiliki 'alat' serbaguna dan kuat yang dapat kita gunakan untuk bermain dengan kenyataan serta memengaruhi hasil dari apa yang terjadi.

Dalam lingkungan sosial, kebohongan dianggap sebagai perilaku yang buruk dan tidak seharusnya kita melakukan perilaku tersebut.

Bagi beberapa orang, mereka adalah pembohong patologis, berarti mereka tidak dapat berhenti menyebarkan informasi yang salah tentang diri sendiri dan orang lain.

Dalam sebuah buku berjudul Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, berbohong patologis adalah gangguan dalam diri seseorang serta termasuk dalam gejala gangguan kepribadian.

Sama halnya dengan psikopat dan narsisme, melansir Business Insider.

Berita Rekomendasi

"Aku pikir itu berasal dari cacat dalam saraf neurologis dalam hal apa yang menyebabkan kita memiliki belas kasih dan empati," ujar psikiater Judith Orloff, penulis 'The Empath's Survival Guide'.

"Karena narsis, sosiopat, dan psikopat memiliki apa yang disebut gangguan kekurangan empati, yang berarti mereka tidak merasakan empati dengan cara kita."

Ketika seseorang tidak peduli dengan orang lain, kebohongan tidak menjadi masalah.

Kurangnya empati pada dasarnya berarti kurangnya hati nurani, yang merupakan konsep yang sulit untuk dipahami oleh banyak orang.

"Ketika mereka berbohong, hal itu tidak menyakiti mereka dengan cara yang sama kebohongan itu akan menyakiti kita," kata Orloff.

"Begitu banyak orang mempunyai hubungan dengan pembohong patologis, atau tidak dapat mengerti mengapa mereka berbohong, karena mereka mencoba menyesuaikan orang-orang ini ke dalam standar yang disebut empati."

Namun pada akhirnya pembohong patologis tidak dapat menyesuaikan diri, bahkan mereka tidak sadar bahwa dirinya sedang melakukan kebohongan.

Halaman
12
Sumber: Nakita
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas