Selalu Dicap Negatif, Stres Ternyata Ada Manfaatnya
Stres terjadi ketika seseorang merasakan ketidakseimbangan pada tantangan dan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasinya.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Menurut Kathleen Gunthert, profesor psikologi dari American University, stres terjadi ketika seseorang merasakan ketidakseimbangan pada tantangan dan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasinya.
Para peneliti telah mengidentifikasi dua jenis stres: distress yang mengacu kepada stres negatif (seperti putus cinta) dan eustress yang mengarah ke stres positif (misalnya ketika memulai pekerjaan baru).
Ya, menurut para ahli, stres sebenarnya memiliki manfaat.
Studi yang dipublikasikan pada Psychoneuroendocrinology, menyatakan bahwa stres ringan dan mudah ditangani seperti eustress dapat membantu melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif yang terkait dengan penuaan dan penyakit.
Inilah manfaat tak terduga dari stres:
Meningkatkan motivasi
Jika stres tinggi dapat membuat Anda lelah dan menurunkan semangat, maka stres ringan justru bisa memotivasi hidup.
Sebagai contoh, stres karena deadline dapat membantu seseorang lebih fokus dan termotivasi menyelesaikan pekerjaan dengan cepat karena diburu waktu.
Membangun ketahanan diri dan mendorong pertumbuhan
Stres juga memaksa seseorang untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya, itu bisa menambah kemampuan dan membangun kepercayaan diri yang penting di masa depan.
"Dengan peningkatan ketahanan dan kepercayaan diri, seseorang cenderung merasa lebih aman dan mampu mengendalikan situasi mereka," kata Peter Vitaliano, profesor ilmu psikiatri dan perilaku di School of Medicine University of Washington.
Allison Berwald, pekerja sosial bersertifikat di New York, mengatakan bahwa menggunakan stres untuk menghadapi ketakutan dan tantangan, dapat membantu Anda mengatasi masalah dibanding menghindarinya.
Jika berhasil menghadapi satu ketakutan, maka Anda lebih ahli menanganinya jika itu muncul lagi.
Memperkuat ikatan
Salah satu manfaat stres yang tidak diduga adalah bahwa ia dapat membantu membangun hubungan intrapersonal yang menjadi kunci kesehatan secara keseluruhan.
"Hubungan sosial merupakan salah satu faktor protektif melawan masalah fisik dan mental," kata Gunthert. Ketika seseorang merasa dicintai dan dipahami oleh orang lain, ia tidak merasa terisolasi dan sendiri.
Kelompok pendukung misalnya, merupakan tempat terbaik bagi orang-orang yang ingin berbagi cerita tentang stres yang mereka alami.
Menurut Vitaliano, dengan saling membuka diri, orang-orang akan merasa lebih baik karena merasa terhubung dengan penderitaan orang lain dan sama-sama menguatkan.(*)