Mom Shaming Paling Berpengaruh Pada Ibu Muda
Kalau body shaming merupakan penghinaan fisik kepada seseorang, mom shaming merupakan kritikan negatif tentang pola pengasuhan seorang ibu.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Istilah mom shaming memang tidak sepopuler body shaming.
Kalau body shaming merupakan penghinaan fisik kepada seseorang, mom shaming merupakan kritikan negatif tentang pola pengasuhan seorang ibu.
Psikolog klinis keluarga, Monica Sulistiawati menyebutkan mom shaming tersebut bisa berupa celaan atau cibiran misalnya pada cara seorang ibu menyusui anak.
“Mengkritik, mencela, mencibir, ‘kok gitu menyusuinya gitu?’, kemudian juga mencomooh,” ungkap Monica saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (12/2/2019).
Selain mengomentari soal pola asuh anak, mom shaming juga bisa berupa bully-an fisik yang mengarah pada proses menjadi ibu misalnya tubuh yang membesar karena sehabis hamil.
“Kemudian juga bully fisik kok gendut, payudara turun itu kan semua mom shaming bikin mental jauh,” kata Monica.
Mom shaming itu memberikan dampak negatif pada para ibu khususnya para ibu muda yang baru belajar cara mengasuh anak.
“Dampaknya ini luar biasa, apalagi ibu baru dia kan masih dalam proses tryal eror masih belajar dia gak tahu apakah dia melakukan kegiatan yang salah atau enggak,” papar Monica.
Monica pun menyebutkan saat menerima body shaming usahakan agar tetap relaks dan jangan takut dengan omongan orang lain.
Jika terlalu dipikikan hingga menjadi stres dapat mempengaruhi kuantitas ASI bagi ibu menyusui.
“Keep relax, saya gakbisa bilang mudah tapi chalenging jangan takut omongan orang dan jangan jadi perfectionist,” ungkap Monica.
Mom Shaming ini banyak terjadi di sosial media, tapi bisa juga datang dari lingkungan terdekat misalnya teman atau pun keluarga sehingga perlu adanya penyaringan saat memilih teman.
Jika yang melakukan teman dekat atau keluarga dekat sebaiknya juga langsung katakan kalau tidak suka dengan komentar mereka agar si pelaku tidak mengulang lagi.
“Kita harus filter karena yang tahu kita marah sedih boleh tapi ini orang lain kalau kamu gak suka komentar dia kalau itu teman baik kami kamu bolehl bilang kamu gak suka kalau orang gak kenal blok aja daripada melukai,” pungkas Monica.