Belajar dari Kisah Viral Layangan Putus, Berikut Tips Istri Atasi Suami yang Selingkuh
Baru-baru ini dihebohkan dengan cerita #Layanganputus. Berikut tips cara istri mengatasi suami yang sudah ketahuan selingkuh
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Media sosial Facebook, Twitter dan Instagram baru-baru ini dihebohkan dengan kisah Layangan Putus.
Kisah Layangan Putus menjadi viral setelah diunggah oleh wanita dari 5 orang anak yang suaminya direbut pelakor dan diam-diam pergi berbulan madu.
Kisah Layangan Putus ini ditulis oleh akun Facebook Mommi Asf.
Terlepas dari benar atau cuma keisengan seseorang untuk mecari sensasi, bagaimana sih cara istri mengatasi suami yang telah selingkuh?
Kepala UPT Bimbingan dan Konseling Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudaniah, S.Psi., M.Si. membagi tips bagi cara seorang istri mengatasi permasalah pernikahan yang sedang dihadapi.
Menurutnya, setiap istri menginginkan kehidupan bahtera rumah tangganya berjalan dengan baik.
Baca: Tips agar Hubungan Rumah Tangga Tetap Harmonis, Komunikasi yang Baik adalah Fondasi Utamanya
Namun tidak dipungkiri berbagai macam permasalahan kerap muncul, satu contohnya masalah suami yang selingkuh.
Hudaniah menjelaskan, ini akan membuat psikologis istri terguncang.
Terlebih ketika pasangan tidak menampilkan masalah-masalah selama massa pernikahan berlangsung.
"Pasti hal yang membuat dia shock," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com lewat sambungan telepon, Selasa (05/11/2019).
Hudaniah melanjutkan, istri kemudian akan merasa bersalah atas apa yang menimpanya.
Di tahapan tersebut kehadiran orang lain sangat dibutuhkan.
"Ketika menghadapi seperti itu, orang butuh untuk menyampaikan isi hati atau perasannya," tegas Hudaniah.
Baca: VIRAL Cerita Layangan Putus, Salahkah Kita Curhat di Media Sosial? Begini Penjelasan Psikolog
Seorang istri membutuhkan orang yang tepat untuk mencurahkan isi hatinya.
Dosen Fakultas Psikologi UMM ini mengatakan, orang tersebut bisa orangtua yang bijaksana, teman dekat, atau tenaga profesional seperti psikolog bahkan juga ahli agama.
"Jangan sembarang pilih orang, jika salah justru bisa terimbas buruk," tambahnya.
Hudaniah melanjutkan, tahapan penyaluran emosional kepada orang yang tepat merupakan langkah pertama yang perlu dilakukan seorang istri.
Langkah tersebut bertujuan agar keputusan-keputusan penting tidak diambil dalam keadaan psikologis yang masih terguncang.
"Dia masih emosi yang tidak stabil, nanti mintak cerai lah, atau mengusir, bisa juga hal negatif lainnya," ungkap Hudaniah.
"Ini bisa berefek jauh lebih buruk dari keadaan yang sebenarnya," lanjutnya.
Baca: Kisah Haru dan Inspiratif Pemilik Babalu Cafe, dari Dihina Orang hingga Ditinggal Pergi Orangtua
Setelah psikologis mulai stabil, tahapan selanjutnya istri sudah bisa diajak untuk berfikir secara objektif.
"Dia sudah bisa dibantu mengevaluasi keadaan secara objektif," tambah Hudaniah.
Di sini Hudaniah kembali menekankan betapa pentingnya memilih orang sebagai wadah penyaluran emosi seorang istri.
Ketika salah memilih orang tentu akan memberikan respon yang tidak tepat sesuai keadaan sebenarnya.
"Orang yang tepat memberikan respon yang tepat pula," katanya.
Memilih bercerai atau bertahan?
Hudaniah melanjutkan, jika langkah-langkah awal sudah dilaksanakan dengan baik, maka selanjutnya adalah pengambilan keputusan.
Mau memilih untuk bercerai atau bertahan, keputusan tetap harus disandarkan dengan konsekuensi-konsekuensi yang ada.
"Keputusan-keputusan apapun yang sudah didasarkan dipertimbangkan konsekuensi yang dihadapi," ujar Hudaniah.
Soal perceraian menurut penilaiannya, hal tersebut bisa menjadi jalan keluar terbaik.
"Cerai itu boleh, jika konsekuensi mempertahankan perkawinan itu lebih buruk," katanya.
Baca: Viral Chef Antok dari Babalu Cafe Purwodadi, Aksinya Berawal dari Rasa Jengkel
Hudaniah mengingatkan pilihan perceraian menimbulkan konsekuensi yang kompleks.
Dari kesiapan istri dalam menjalani kehidupan tanpa suami, hingga masalah finansial yang perlu diperhatikan.
"Bagaimana dia siap menjalani hidup tanpa pasangan. Atau dia harus membesarkan anak-anak," tandasnya.
Sama halnya dengan keputusan bercerai, memilih untuk bertahan juga tidak terlepas dari konsekuensi yang harus dihadapi.
Hudaniah melihat setelah pasangan memutuskan kembali, keduanya perlu menumbuhkan rasa keterbukaan satu lain.
Termasuk di antaranya, melibatkan pihak yang dipercaya untuk membantu memperbaiki hubungan rumah tangga.
"Ada keterbukaan, ada langkah langkah yang diambil berdua," tutupnya. (*)
(Tribunnews.com/ Endra Kurniawan)