Kasus Bunuh Diri Siswi SMP di Ciracas, Pemerhati Sebut sebagai Bagian dari 'Dosa Lingkungan'
Ramainya pemberitaan di media tentang kasus bunuh diri SN siswi SMP di Ciracas disebut sebagai bagian dari 'dosa lingkungan'.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: bunga pradipta p
![Kasus Bunuh Diri Siswi SMP di Ciracas, Pemerhati Sebut sebagai Bagian dari 'Dosa Lingkungan'](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/suasana-pemakaman-siswi-smpn-jakarta-berinisial-sn.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Pekan lalu publik dihebohkan dengan kejadian bunuh diri yang dilakukan oleh siswi SMP di Ciracas, Jakarta Timur.
Siswi yang diketahui berinisial SN (14) melompat dari lantai 4 gedung sekolahnya, Selasa (14/1/2020) sore.
Dua hari dirawat, SN akhirnya meninggal dunia pada Kamis (16/1/2020) sekitar pukul 16.15 WIB sore.
Kasus SN pun menjadi ramai setelah beberapa tangkapan layar percakapannya viral.
Begitu pula soal curahan hati terkait sikap orangtua maupun teman di sekolah mewarnai pemberitaan.
![Suasana pemakaman siswi SMPN Jakarta berinisial SN di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Jumat (17/1/2020)](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/suasana-pemakaman-siswi-smpn-jakarta-berinisial-sn.jpg)
Dugaan SN menjadi korban bullying atau perundungan sempat mencuat meski dibantah pihak sekolah.
Menanggapi kasus tersebut, pegiat smart parenting dan juga founder Sanggar Berumpun, Chrisnina Sari menyebut kasus SN tidak dapat dilihat dari satu sisi.
Wanita yang akrab disapa Nina itu mengungkapkan dari ramainya pemberitaan di media bisa disimpulkan kasus SN dan semacamnya adalah sebagai bagian dari 'dosa lingkungan'.
"Apa itu dosa lingkungan? Yaitu sebuah kesalahan yang terkait dengan bagaimana lingkungan melihat," ungkap Nina kepada Tribunnews melalui keterangan tertulis, Kamis (23/1/2020).
Nina mengungkapkan lingkungan seolah-olah tidak bisa menerima ketidaksempurnaan.
"Sempurna atas standar lingkungan itu sendiri. Jika seseorang ini tidak bisa mencapat standar kesempurnaan lingkungan, biasanya mereka akan dibully atau dikucilkan," ujarnya.
Nina mencontohkan, banyak anak yang dianggap bodoh jika nilai matematikanya jelek.
"Berapa banyak anak yang dianggap malas jika mereka ketiduran di kelas? Berapa anak yang dianggap kuper dan tidak gaul jika mereka tidak punya HP atau tidak punya Instagram," ungkapnya.
Baca Juga: Viral Cerita Anak Dipaksa Mengisap Jempol Kaki, Berikut Tips Memilih Pengasuh