Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Psikolog Bagikan Tips Atasi Stres pada Anak Akibat Dampak Pandemi Covid-19

Berikut tips untuk para orang tua dalam mengatasi stres yang dialami anak-anak akibat dampak pandemi Covid-19.

Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Ayu Miftakhul Husna
zoom-in Psikolog Bagikan Tips Atasi Stres pada Anak Akibat Dampak Pandemi Covid-19
Freepik
Ilustrasi keluarga bahagia - Berikut tips untuk para orang tua dalam mengatasi stres yang dialami anak-anak akibat dampak pandemi Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut tips untuk para orang tua untuk mengatasi stres yang dialami anak-anak, akibat dampak pandemi Covid-19.

Psikolog sekaligus Kepala UPT Bimbingan dan Konseling Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudaniah, S. Psi., M. Psi., membagikan sejumlah tips yang dapat dilakukan orang tua untuk mengatasi stres yang dialami oleh anak-anak.

Menurut Hudan, anak-anak memang cukup rentan mengalami stres di masa-masa pandemi seperti sekarang ini.

Lantas bagaimana cara mengatasi stres pada anak?

Berikut tips mengatasi stres yang dialami anak-anak di masa pandemi Covid-19:

1. Ekstra Sabar dan Ekstra Meluangkan Waktu untuk Anak

Hudan mengatakan, untuk mengatasi stres yang dialami anak di masa pandemi Covid-19, orang tua harus ekstra sabar dan meluangkan banyak waktu untuk anak.

BERITA TERKAIT

Dengan demikian, orang tua akan memahami perubahan yang terjadi pada anak mereka.

Setelah itu, Hudan menyarankan orang tua untuk mulai mengajak anak untuk mengobrol.

"Kita lihat dulu biasanya orang tua tentu bisa ngobrol, di situasi seperti ini, orang tua harus ekstra sabar, ekstra meluangkan banyak waktunya lebih banyak pada anak dibanding pada situasi yang tidak seperti saat ini," terang Hudan.

Baca: 3 Cara Mendeteksi Stres pada Anak di Masa Pandemi Covid-19 Menurut Psikolog

2. Mengobrol dengan Pendekatan yang Menyenangkan

Ilustrasi keluarga freepik
Ilustrasi keluarga freepik (www.freepik.com)

Saat sudah memahami perubahan yang terjadi pada anak dan mulai mengajaknya berbincang, maka orang tua harus menggunakan pendekatan yang menyenangkan.

Menurut Hudan, orang tua bisa mengajak anak mengobrol ketika anak mereka sedang bermain atau menonton televisi.

Namun, Hudan menyarankan para orang tua tidak melakukannya pada saat anak sedang tampak begitu asyik bermain ataupun sedang menonton tayangan favorit mereka di televisi.

"Ketika orang tua kemudian memahami ada perubahan yang terjadi, ajak ngobrol, tidak harus ditanya, namanya anak-anak," kata Hudan.

"Mungkin sambil bermain, sambil nonton televisi, tapi jangan pas dia asik ya."

"Kalau pas lagi nonton televisi, film kesukaannya, atau sedang bermain kesukaannya, diajak ngobrol, nah itu tidak menyenangkan malah bikin dia stres," sambungnya.

Menurut Hudan, orang tua harus benar-benar melihat peluang kapan saat yang tepat untuk mengajak anak berbincang.

Hudan menyebutkan, orang tua juga bisa memulai perbincangan dengan mengajak anak memasak bersama.

"Jadi orang tua harus melihat peluang-peluang kapan ya bisa ngobrol, misalnya, 'adek mau makan apa? Kakak mau makan apa? Ayo kita masak bareng-bareng,' misalnya," kata Hudan.

"Di situ, bukan masaknya sebenarnya tapi ngobrolnya, misalnya tepung, telur, nah itu akan mengalir jadi anak tidak diinterogasi," sambungnya.

Pasalnya, Hudan menjelaskan, anak-anak belum dapat mengidentifikasikan perasaannya.

"Yang dia ngerti, 'saya gak enak' aja dan dia gak tahu gak enak itu yang seperti apa, kan belum jelas identifikasi rasa-rasa yang ada di dalam dirinya," jelas Hudan.

Baca: Cari Informasi Segala Hal Tentang Virus Corona Malah Bikin Cemas, Apa Itu Normal?

Hudan menambahkan, dengan mengajak anak berbincang maka orang tua akan dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh anak mereka.

Menurut Hudan, bisa jadi anak sedang rindu dengan teman-teman sekolahnya ataupun gurunya.

Bila memungkinkan, Hudan menyarankan orang tua untuk menghubungi teman maupun guru anak mereka melalui panggilan video.

3. Orang Tua Harus Kreatif

Menurut Hudan, stres yang dialami anak-anak juga bisa membuatnya malas belajar.

Kegiatan belajar di rumah yang terkesan monoton, Hudan mengatakan, bisa menjadi penyebab kejenuhan anak-anak.

Pada saat-saat seperti ini, orang tua dituntut untuk kreatif.

"Orang tua memang dituntut untuk kreatif, kan gurunya sebetulnya orang tua, guru di sekolah ikut mendampingi orang tua mendidik anak," tutur Hudan.

Hudan pun menyarankan para orang tua untuk mencari metode-metode pembelajaran yang kreatif melalui google maupu YouTube.

Ilustrasi
Ilustrasi (Family Inc)

"Kalau lihat di YouTube, misalnya ada tutorial, mungkin orang tua bisa mempraktekkan sehingga ada aktivitas kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bisa tetap dilaksanakan," terang Hudan.

Dengan demikian, Hudan menambahkan, diharapkan hal ini mampu mengurangi kejenuhan buah hati.

Hudan menekankan, dalam mengatasi kejenuhan ataupun stres pada anak yang terpenting ialah mencari sumber masalahnya terlebih dahulu.

Sementara itu, Hudan juga menyampaikan, stres yang dialami oleh anak-anak tersebut bisa diakibatkan karena ia melihat atau bahkan mendapatkan efek stres orang dewasa atau orang tuanya.

"Stres itu kan proses penyesuaian ya, terhadap tubuh, psikologis, juga terhadap keadaan yang menurut dia kondisi tersebut tidak nyaman."

"Nah karena anak melihat kemudian merasakan efek dari orang dewasa, misal orang tuanya mungkin, nah itu membuat dia juga mengalami hal yang tidak nyaman atau yang kita sebut stres," terang Hudan.

Baca: Asma Anak Kambuh Saat Wabah Covid-19? Perhatikan Jarak dan Lakukan Nebulizer di Tempat Terbuka

Selain itu, Hudan menuturkan, stres juga bisa timbul karena anak tidak dapat melakukan aktivitas sosialnya seperti biasanya.

Menurutnya anak-anak usia tiga hingga empat tahun yang paling berpotensi mengalami hal ini.

Pasalnya, anak-anak usia tiga hingga empat tahun sudah mulai memasuki masa berkembang secara sosial.

Mereka pun biasanya mulai memiliki teman yang menurutnya cocok.

Selain itu, Hudan menambahkan, anak usia tiga hingga empat tahun umumnya memasuki masa-masa eksplorasi.

Sehingga, adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bisa membuat mereka lebih rentan mengalami stres.

"Kan kadang-kadang anak-anak itu usia 3-4 tahun kan ada teman yang kalau nggak ada dia cari, nah ini yang memang masa-masa eksplorasi anak usia sekian ini menjadi rentan," tutur Hudan.

"Barangkali ada PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) mungkin dibatasi untuk tidak keluar dari halaman rumah, nah barangkali hal-hal itu yang membuat anak barangkali mengalami ketidaknyamanan," lanjutnya.

Lantas bagaimana cara mendeteksi anak yang mengalami stres di masa pandemi?

Cara Mendeteksi Stres Anak di Masa Pandemi

Ilustrasi anak malu atau minder
Ilustrasi anak mengalami stres. (net)

Menurut Hudan, semua orang tua sebetulnya memiliki modal untuk mengenali buah hatinya.

"Jadi insting, orang tua memahami anak, orang tua biasanya peka terhadap perubahan," kata Hudan.

"Begitu anak berubah, sekecil apapun perubahannya, itu orang tua harus peka," tambahnya.

Hudan pun menyebutkan sejumlah hal yang harus diperhatikan orang tua untuk mendeteksi stres buah hatinya.

Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mendeteksi apakah anak mengalami stres:

1. Perhatikan pola tidur

Untuk mendeteksi stres pada anak, orang tua perlu memperhatikan pola tidur sang anak.

"Misalnya, biasanya anak tidur pukul 8, kemudian sampai pukul 9, 10, gelisah tidak bisa tidur, berarti ada sesuatu kan pada anak?" kata Hudan.

"Atau mungkin bangun, biasanya bangun jam 4 gak rewel, langsung dia bisa beraktifitas, nah ada perubahan-perubahan," sambungnya.

Baca: Meredam Stres dan Panik Berlebih saat Pandemi Covid-19 dengan Terapi Writing for Healing

2. Perhatikan pola makan

Ilustrasi.
Ilustrasi. (THINKSTOCKPHOTOS)

Menurut Hudan, pola makan anak juga bisa dijadikan sebagai cara untuk mendeteksi stres pada anak.

Orang tua harus waspada ketika nafsu makan anak tampak berubah.

"Kemudian makan misalnya, biasanya makan gak rewel, apa yang disediakan, ada makanan kesukaan, barangkali makanan kesukaan pun sudah tidak menarik untuk anak, nah ini orang tua lebih peka terhadap sekecil apapun perubahan perilaku yang dialami oleh anak," terang Hudan.

3. Kebiasaan anak

Hudan menuturkan, orang tua juga bisa mendeteksi stres pada anak dengan memperhatikan kebiasaan anaknya.

Misalkan yaitu kebiasaan anak untuk bermain keluar kamar.

"Misalnya anak biasanya bermain keluar kamar, kalau dia punya kamar sendiri, nah ternyata ini kok lebih banyak di kamar, jadi biasanya di kamar paling satu jam tidur, dua jam, ini kok lebih dari 3 jam ya, ada apa?" tutur Hudan.

Hudan kembali menegaskan bahwa kepekaan orang tua menjadi hal yang paling penting untuk mendeteksi kondisi psikologis sang anak.

Menurutnya, sekecil apapun perubahan perilaku yang terjadi pada anak, orang tua harus segera menyadarinya.

Dengan demikian, diharapkan orang tua dapat segera mengambil tindakan-tindakan positif untuk memulihkan sang anak.

"Kepekaan ini yang diperlukan, jadi perubahan sekecil apapun pada anak, orang tua harus segera menyadari itu," kata Hudan.

"Orang tua harus segera mengetahuinya sehingga dapat diambil tindakan-tindakan positif," tambahnya.

(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas