Marak Pesepeda Penuhi Jalan, Begini Etika yang Baik Saat Gowes Agar Tak Ganggu Pengguna Jalan Lain
Selama pandemi Covid-19 ini, bersepeda menjadi olahraga yang tengah tren di masyarakat.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Sri Juliati
Endri juga menilai, bersepeda sebagai sarana hiburan bagi masyarakat, setelah mereka berdiam diri di rumah selama berbulan-bulan.
Menurut Endri, untuk tetap mempertahankan tren bersepeda perlu campur tangan pemerintah kota dalam menyediakan sarana infrastruktur.
Infrastruktur yang dimaksud Endri, misalnya terkait dengan jalur sepeda yang aman, tempat parkir yang memadai di perkantoran serta pusat perbelanjaan.
Sehingga sepeda tidak hanya digunakan untuk berolahraga tetapi juga bisa digunakan sebagai sarana transportasi pribadi.
Baca: Marak Gowes di Masa Pandemi Covid-19, Wujud Sadar Kesehatan atau Hanya Tren? Ini Kata Sosiolog
"Kalau pemerintah kota abai dengan tidak memperbaiki infrastruktur kenyamanan bersepeda, tren ini mungkin hanya akan sesaat saja dan sepeda tidak kemudian digunakan untuk keperluan transportasi," terangnya.
"Misalnya pesepeda saat car free day Jakarta selalu ramai memenuhi jalan yang sangat lebar seperti Jalan Thamrin dan Sudirman."
"Namun yang menggunakan sepeda untuk keperluan transportasi masih sangat sedikit karena infrastruktur bersepeda masih sangat minim," terangnya.
Lalu apa saja etika bersepeda yang harus diterapkan oleh para pesepeda agar tidak menganggu pengendara yang lain?
Baca: Gelar Acara Gowes Massal di Senin Pagi, Program Batam Bersepeda Dihujat Warga karena Buat Macet
Berikut etika bersepeda secara umum menurut Endri Budiwan:
1. Menggunakan helm.
2. Menaati peraturan lalu lintas kika berkendara di jalan raya.
3. Menggunakan lajur paling kiri.
4. Jika bersepeda berkelompok maka membuat barisan memanjang.
Sehingga tidak memenuhi badan jalan, intinya berbagi jalan dengan pengguna jalan yang lain.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana)