Saat Krisis Datang, Profesi Akuntan Tetap Relevan
Misalnya, ilmu akuntansi dan profesi akuntan yang akan tetap relevan di era industri 4.0 terutama di Indonesia.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Disrupsi teknologi di era industri 4.0 mengancam beberapa ilmu dan profesi yang ada saat ini. Meski demikian, bukan berarti semua bisa digantikan oleh mesin dan teknologi.
Misalnya, ilmu akuntansi dan profesi akuntan yang akan tetap relevan di era industri 4.0 terutama di Indonesia.
Kebutuhan akan profesi akuntan dibuktikan melalui terpilihnya Association of Chartered Certified Accountant (ACCA) menjadi 'The Professional Global Body of The Year' dalam Digital Accountancy Forum and Awards (DAF Awards) 2020 oleh The Accountant.
Terpilihnya ACCA dalam DAF Awards 2020 ini mencakup dampak global asosiasi melalui kepemimpinan pemikiran, acara, dan aktivitas yang berkelanjutan.
Baca juga: Sertifikasi Profesi Penting demi Memastikan Kompetensi Mahasiswa Agar Siap Kerja
Salah satu yang disoroti adalah hasil kerja professional insight (PI) team ACCA yaitu mengenai Global Covid-19 Survey, dengan 1 juta responden yang berkontribusi mengisi survei tersebut.
Hal ini membuktikan di tengah disrupsi dan pandemi Covid-19, pemulihan dan pergerakan ekonomi tetap membutuhkan ilmu akuntasi dan profesi Akuntan.
“ACCA berhasil memimpin profesi akuntansi secara global dengan menciptakan peluang. Tujuannya menetapkan nilai yang kami ciptakan untuk masyarakat," ungkap Head of ACCA Indonesia, Hani Kurnia, Senin (26/10/2020).
Baca juga: Fakta-fakta Pernikahan Ovi Dian-Helmi Rahman, Ini Profesi sang Suami hingga Mahar yang Diberikan
Hani menjelaskan, salah satu tujuan kami adalah membuka peluang lebih banyak untuk profesi, melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dan lebih baik, dan kami tidak pernah melupakan kepentingan publik yang menjadi DNA dari ACCA.
Dari hasil Global Covid-19 Survey yang dilakukan ACCA, ada kekhawatiran utama di tengah pandemi ini dialami oleh pemilik perusahaan, dari skala kecil hingga besar.
Karena, hampir 60 persen responden menyebutkan penurunan produktivitas karyawan menjadi salah satu kekhawatiran, karena perubahan drastis pada operasional perusahaan.
Apalagi di beberapa daerah sempat melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga sebagian besar masyarakat harus bekerja dari rumah.
Baca juga: Oknum Petugas Medis Terduga Pelaku Pelecehan di Bandara Soetta Tak Miliki Sertifikat Profesi Dokter
Sebagian besar responden juga mengalami penurunan permintaan, gangguan rantai pasok, menunda meluncurkan produk dan layanan baru, hingga menunda rencana investasi.
Hampir 40 persen responden juga mengalami masalah keuangan seperti ketatnya arus kas. Tantangan ini sangat berat bagi pengusaha dengan skala kecil dan menengah, terutama karena kekhawatiran kewajiban utang yang berpotensi meningkat.