5 Tips Liburan Aman dari Penularan Covid-19, Cerdas Pilih Tempat Wisata hingga Tetap Terapkan 3M
Berikut tips liburan aman dari penularan Covid-19 dari Ketua Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah terus mengingatkan pada masyarakat agar sebisa mungkin berada di rumah dalam libur panjang mulai 28 Oktober 2020 hingga 1 November 2020.
Pengalaman dua kali libur panjang disertai peningkatan kasus menjadi perhatian.
Ketua Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia, Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, memberikan tips liburan aman dari penularan Covid-19:
Baca juga: Hari Ini Puncak Arus Liburan, Penumpang di Bandara Soekarno-Hatta Tembus 60 Ribu
1. Waspada Percikan Air Liur saat Bicara
Tips pertama yang diberikan oleh Tri untuk masyarakat menghindari air liur saat berbicara.
Ia menyebut, penyebaran virus corona itu terjadi melalui penularan droplet, dari percikan air liur saat berbicara.
"Hal itu yang membuat masyarakat diminta patuh pakai masker dan jaga jarak serta menghindari kerumunan agar tidak terpapar Covid-19," katanya dikutip dari covid19.go.id, Kamis (29/10/2020).
Tri juga meminta masyarakat untuk tetap menggunakan masker selama berlibur.
2. Hindari Kerumunan
Tri menyarakan untuk masyarakat pintar-pintar memilih daerah wisata yang tidak terlalu padat.
Ini berguna untuk menghindari kerumunan dan memperbesar potensi penyebaran virus Covid-19.
"Hindari kerumunan yang menyebabkan tak ada jarak," imbuhnya.
3. Perhatikan Status Zona Wisata
Tri menilai, masyarakat perlu mencari informasi terkait status zona lokasi wisata yang akan dituju.
Status itu bisa diketahui dengan mengunjungi laman resmi Covid-19 atau menanyakan langsung ke kantor pemerintahan setempat.
Masyarakat disarankan untuk memilih lokasi hiburan di zona hijau yang relatif lebih aman.
"Status zonasi lokasi wisata yang bakal dituju sebaiknya diketahui lebih awal, apakah statusnya zona hijau, kuning, oranye, atau merah," urai Tri.
Baca juga: Hari Pertama Libur Panjang, Lonjakan Penumpang di Terminal Kalideres Belum Signifikan
4. Hindari Tempat Wisata Indoor
"Keempat, setelah zonasi pastikan lokasi hiburan itu di tempat terbuka seperti pantai atau wisata pegunungan (outdoor)."
"Hindari ruangan tertutup yang tidak masuk cahaya matahari dan udara," tambahnya.
5. Cek Kondisi Tubuh
Tips terakhir, Tri meminta masyarakat sebelum berlibur mengecek kondisi badanya.
Jika kondisi fisik bermasalah sebaiknya tunda perjalanan dan lebih baik mencari hiburan di dekat rumah dengan jarak terjangkau.
"Kuncinya adalah menghindari penularan melalui droplet. Makanya harus memakai masker yang melindungi hidung dan mulut."
"Menjaga jarak agar saat berbicara sedikit droplet keluar."
"Tetap saling menjaga jarak sehingga tidak terkena. Dan yang juga penting untuk mencuci tangan pakai sabun," tandasnya.
Baca juga: Mahfud MD Tekankan Pentingnya Protokol Kesehatan Cegah Penularan Covid-19 Saat Libur Panjang
Kenaikan Kasus Covid-19 Bertambah Setelah Libur Panjang
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengimbau masyarakat tidak melakukan perjalanan keluar rumah, ke tempat kerumunan, atau pulang kampung saat periode libur panjang pekan depan guna menekan kasus penyebaran Covid-19.
Berdasarkan data terdahulu, ada tren kenaikan kasus bertambah setelah adanya libur panjang.
Wiku mengungkapkan, data yang dikaji berdasarkan persentase angka periode liburan Idul fitri pada tanggal 22-25 Mei 2020 terjadi kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan sekitar 69% sampai 93% sejak hari libur lebaran dengan rentang waktu 10 hari - 14 hari.
Begitu juga pada libur panjang tanggal 20-23 Agustus 2020, juga terjadi kenaikan jumlah kasus harian sebanyak 58% hingga 118% sejak libur panjang pekan ketiga bulan Agustus 2020 dengan rentang waktu 10 hari sampai 14 hari.
"Juga terjadi angka kenaikan absolut pada tes dengan hasil positif yang naik mencapai 3,9% dalam dua minggu di tingkat nasional," papar Wiku dikutip dari channel YouTube BNPB Indonesia, Rabu (21/10/2020).
Terkait hal ini, Wiku mengimbau, masyarakat tidak melakukan perjalanan keluar rumah, ke tempat kerumunan, atau pulang kampung saat periode libur panjang pekan depan guna menekan kasus penyebaran Covid-19.
Namun jika mendesak harus keluar rumah, penting masyarakat untuk menegakkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, dan mencuci tangan pakai sabun di air mengalir.
Wiku juga mendorong agar perkantoran dan perusahaan melakukan antisipatif bagi karyawan yang hendak berpergian ke luar kota pada masa periode libur panjang.
Baca juga: Libur Panjang, Terjadi Kepadatan di Tol Japek, Contra Flow Diberlakukan Mulai Kilometer 47 sampai 61
Perusahaan didorong untuk meminta karyawan melaporkan ke kantor, terutama yang pergi ke zona oranye dan merah.
Selain itu perusahaan mendorong karyawannya menjalani isolasi mandiri jika mengalami gejala demam, gangguan pernafasan, atau hilang indera perasa dan penciuman setelah libur panjang.
"Karyawan yang berpergian ke zona oranye dan merah harus melaporkan ke perusahaan," tegasnya.
Pengurangan mobilitas tunda kemunculan kasus
Wiku kemudian menunjukkan hasil studi tahun 2020 Effect of Human Mobility Restriction on The Spread of Covid-19 in Shenzhen China Modelling Study Using Mobile Phone Data, menunjukkan pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 20% dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 33% dan menunda kemunculan puncak kasus selama dua minggu.
Pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 40% dapat melandaikan kurva kasus 66% dan menunda kemunculan puncak kasus selama empat minggu.
Data lain, pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 60% dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 91% dan menunda kemunculan puncak kasus selama 14 minggu.
Baca juga: Libur Panjang, Komisi V DPR Minta Kemenhub Perketat Protokol Covid-19 di Terminal Hingga Bandara
Studi lainnya masih di tahun 2020 Stay at Home Works to Fight Again Covid-19 International Evidance from Google Mobility, data dibuat dari 130 negara, menunjukkan 1% peningkatan masyarakat yang berdiam di rumah akan mengurangi 70 kasus dan 7 kematian mingguan.
Bahkan, 1% pengurangan mobilitas masyarakat menggunakan transportasi umum di terminal, stasiun, dan bandara akan mengurangi 33 kasus dan 4 kematian mingguan.
Sebanyak 1% pengurangan kunjungan masyarakat ke ritel dan tempat rekreasi juga mengurangi 25 kasus dan 3 kematian mingguan.
1% kunjungan ke tempat kerja akan mengurangi 18 kasus dan 2 kematian mingguan.
"Bisa dibayangkan berapa banyak nyawa yang bisa dilindungi dan selamatkan dengan pengurangan kunjungan tadi," kata Wiku seraya mengingatkan masyarakat bahwa angka kasus penyebaran Covid-19 di Indonesia masih tinggi.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)