FOMO (Fear of Missing Out) Bisa Bikin Stres, Mengapa?
Ada keinginan menjadi seperti mereka, takut ketinggalan, merasa aktivitas tersebut perlu dilakukan, Inilah yang disebut FOMO (Fear of Missing Out).
Editor: Willem Jonata
Laporan wartawan Wartakotalive.com, Lilis Setyaningsih
TRIBUNNEWS.COM - Tak sedikit orang yang hanya ikut-ikutan. Misalnya, ikutan pengin bersepeda, hingga akhirnya membeli sepeda untuk melampiaskan hobi baru.
Ada pula yang mendadak hobi bercocok tanam karena memang mengikuti tren. Bahkan rela beli madu kekinian hanya karena lagi hits.
Kadang, untuk itu, kita sampai menguras duit tabungan. Apalagi barang-barang tersebut sebenernya bukan kebutuhan primer.
Hanya karena melihat teman update Instagram stories, maka muncul keinginan menggeluti hobi yang sama karena terkesan memang menyenangkan.
Ada keinginan menjadi seperti mereka, takut ketinggalan, dan merasa aktivitas tersebut perlu dilakukan, Inilah yang disebut FOMO (Fear of Missing Out).
Growth Manager Super You, Antonius Tan mengatakan, membeli tanaman dan mengonsumsi madu kekinian sebenarnya boleh saja, asal dengan perhitungan.
Baca juga: Ambil Peran Jadi Mentor, Marc Marquez Tak Berharap Adiknya Naik Podium MotoGP
Karena, menurut dia, kebiasaan yang awalnya terlihat sepele, dapat menjadi salah satu “bocor halus” yang akan mengganggu keuangan.
"Anggap saja setiap membeli tanaman atau madu, setidaknya menghabiskan hampir Rp500 ribuan/bulan. Madu dan tanaman hanya contoh saja karena masih banyak keinginan lain yang jika disusun berdasarkan urutan pentingnya, bisa jadi hampir semua yang tadinya terasa seperti kebutuhan, ternyata hanya keinginan sesaat," ujar Antonius.
Baca juga: Lawan Stres, Ini 5 Persiapan Ibu Hamil yang Bisa Dilakukan
Menurutnya, milenial perlu menerapkan disiplin finansial sejak muda. Dimulai dari menyusun anggaran keuangan dan disiplin dilakukan setiap bulan demi mengontrol pendapatan yang diperoleh.
"Jangan lupa patuh pada anggaran yang sudah disusun. Jangan sampai uang sudah habis pada tengah bulan karena tergiur barang-barang lucu atau karena melihat teman lain sudah punya kemudian memaksakan diri juga harus punya. Padahal, masih ada biaya penting yang harus dibayar," kata Antonius Tan yang menyarankan milenial untuk mulai menyusun anggaran keuangan mereka seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima Wartakotalive.com, Kamis (3/12/2020).
Anggaran yang perlu disusun oleh milenial mungkin belum serumit mereka yang sudah berkeluarga, mungkin juga belum memiliki pendapatan dua digit. Setidaknya, dari pendapatan yang ada, dibagi berdasarkan prioritas, seperti kebutuhan sehari-hari, sosial, dan dana darurat.
Setelah pos keuangan sudah terpenuhi maka akan lebih mudah menyisihkan sejumlah uang untuk keperluan tersier.
Tetapi, jika pos kebutuhan tersier sudah habis, jangan ganggu pos dana lainnya hanya untuk memenuhi FOMO.