Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Ingin Kebaya Mendunia Bak Kimono, Didiet Maulana Luncurkan Buku Kisah Kebaya

Didiet Maulana yang meluncurkan buku Kisah Kebaya. Peluncuran ini juga sekaligus juga menandai HUT Didiet yang ke 39 pada Senin (18/1/2021).

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Ingin Kebaya Mendunia Bak Kimono, Didiet Maulana Luncurkan Buku Kisah Kebaya
(Tribunnews.com/Jeprima)
Didiet Maulana 

Penggunaan stagen dan kemben yang mungkin sudah banyak yang tidak ada yang tahu juga dijelaskan dengan rinci dari gambar yang ditampilkan. Sebagai alumnus arsitektur Universitas Parahiyangan Bandung, Didiet juga memberi sentuhan jiwa arsitek dengan memberikan gambaran warna-warna turunan yang bisa diterjemahkan dalam warna-warna di busana, termasuk kebaya.

Sementara di bab terakhir tertulis tentang kisah-kisah kebaya dan Svarna by IKAT Indonesia. Selain itu, Didiet juga melampirkan peta sebaran busana nasional di Indonesia yang dirangkum dari berbagai buku, dan juga tokoh busana nasional, termasuk Mien Uno.

“Saya ingin buku ini jadi pegangan pembuatan kebaya, menjadi sebuah primbon dibawa dan dicari untuk pembuatan kebaya. Buku ini juga bisa mengaktifkan penjahit rumahan untuk membuat kebaya,” kata Didiet yang mendapat inspirasi dalam mempelajari kebaya dari mendiang nenek serta ibundanya.

Selain itu, kebaya merupakan karya anak bangsa yagn menarik untuk diceritakan secara nasional bahkan secara global. Ia berharap kepopuleran kebaya sama seperti kimono Jepang atau Sari dari India atau lainnya yang sangat melekat dengan negara tersebut. Sehingga generasi muda juga harus bisa mengapresiasi kebaya dan cara penggunaannya serta tahu bagaimana kebaya berasal.

Romansa Sebuah Buku

Didiet bersyukur setelah bahan-bahan yang dirisetnya sejak tahun 2012 bisa terkumpul dan bekerjasama dengan fotografer dan support lain sehingga buku bisa terwujud. Walaupun di era digital, Didiet masih ingin karyanya berbentuk buku. Kalaupun akan disebar lewat e-book paling cepat setahun setelah peluncuran buku.

Menurutnya, buku menjadi semacam ‘romansa’, ketika membaca tidak terganggu notifikasi, iklan tapi hanya membaca buku saja, tanpa terganggu hal lain.

BERITA TERKAIT

“Buat saya buku itu sakral. Hal yang bisa dipegang. Untuk kali ini Kisah Kebaya belum akan ke e-book. Saya akan membawa romantisme membelli buku, membaui tiap halaman. Waktu kecil dikasih batasan 7 halaman per hari, karena kalo ngga akan bablas nggaa main, karena keasyikan membaca buku. Buku tidak ada notifikasi, tidak ada mengecek akun-akun lain. Akan ada Social media untuk mengenalkan tapi tidak mengubah ini jadi format e-book. Mungkin paling cepat setahun lagi format e-book,” katanya.

Ia juga mengatakan, bagian tersulit dari pembuatan buku in adalah menuangkan romentisme mengenakan kebaya. Menghidupkan setiap jengkal kejadian, bagaimana neneknya mengenakan kebaya, wangi, yang membuat teringkat setiap mencium parfum itu.

“Hal sulit dikata-kata tapi bisa tergambar lewat buku, karena ada interaksi membahas dan menggambarkan,” tutur pendiri Ikat Indonesia ini.

Bukunya ini baru tersedia di toko buku mulai 24 februari 2021 di toko buku termasuk Toko Buku Gramedia. Sementara mulai 18-30 Januari bisa order. Selain mendapatkan potongan 20 persen, buku yang dipesan ini akan mendapatkan tanda tangan Didiet dan mendapat buku lebih dulu daripada di toko buku.

Kebaya Harus Menerima Akulturasi

Didiet mengaku sudah menjajaki kerjasama dengan Kemendikbud agar buku Kisah Kebaya nya bisa disebar di sekolah menengah kejuruan di seluruh Indonesia. Ada juga para pembeli yang bisa melakukan membeli dan berbagi, donasi membeli 5 buku, dan 4 buku didonasikan ke SMK. “Saya punya impian, SMK bisa mendapatkan buku ini. Bekerjasama dengan Kemendikbud agar bisa menjangkau adik-adik SMK, koperasi, dan pengrajin,” harapnya

Mengapa SMK? karena SMK merupakan lembaga pendidikan yang siap kerja. Ia berharap bila di bangku SMK sudah diberi pengetahuan lebih soal kebaya, kedepan ketika lulusan SMK ini melanjutkan studinya bisa mengambil inspirasi dari kebaya. Pasalnya, sejauh ini kebaya belum banyak menginspirasi para lulusan mode. Ia pernah menjadi juri di sekolah mode, dari 150 orang yang menggelar hasil akhirnya, hanya dua yang menggunakan kain tradisional. Padahal di Jepang, kimono selalu ada bagian kimono modifikasi yang relevan. “Bila ingin lebih popular, harus lihat trend yang ada dan masuk ke jalur pendidikan,” katanya.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas