Pandemi Bisa Terkendali, Prof Zubairi Djoerban Lihat Tanda-tanda Covid-19 Bakal Seperti Influenza
Di Indonesia, pandemi Covid-19 memasuki usia setahun pada 2 Maret 2021, besok. Hingga kini akhir pandemi tersebut belum bisa diprediksi.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di Indonesia, pandemi Covid-19 memasuki usia setahun pada 2 Maret 2021, besok.
Guru Besar Universitas Indonesia Profesor Zubairi Djoerban menjawab sejumlah pertanyaan jurnalis mengenai kebenaran proyeksi berakhirnya pandemi pada April 2021.
Ia menuliskan jawaban tersebut melalui cuitan di twitter pribadinya.
Meski belum bisa memprediksi waktu pastinya, Zubairi menuturkan ada harapan pandemi ini dapat terkendali.
Diketahui, data dari angka aktif global selama 6 minggu terakhir berturut-turut mengalami penurunan.
Baca juga: Selama Pandemi Covid-19, Kampus Ini Gelontorkan Beasiswa Hingga Rp 25 Miliar
"Bukan berakhir, tapi terkendali. Itu masih mungkin. Apa kuncinya? Ketegasan dan konsistensi menerapkan aturan. Itu berlaku untuk semua. Siapapun. Di manapun. Jangan berkerumun," tulis dia seperti dikutip Tribunnews.com, Senin (1/3/2021).
Lebih jauh ia mengatakan sering pula menerima pertanyaan bagaimana tanda pandemi Covid-19 berakhir.
Zubairi menuturkan, pandemi ini akan berakhir menjadi endemik atau wabah lokal seperti virus musiman yakni influenza.
"Bagaimana pandemi Covid-19 berakhir, apa tanda-tandanya? Jurnalis banyak tanya soal ini. Saya pernah bilang, pandemi Covid-19 akan jadi endemik. Tandanya adalah penyakit tersebut akan menjadi “wabah lokal” saja. Seperti Black Death atau virus musiman seperti Influenza," tulisnya melalui akun @ProfesorZubairi.
Prediksi WHO
Pada akhir tahun 2020, pakar Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) mengatakan bahwa, pandemi Covid-19 ini bisa menjadi endemik.
WHO menyatakan, meski pandemi virus corona yang kita hadapi saat ini sangat parah, fenomena ini belum tentu yang besar.
Oleh sebab itu, WHO mengingatkan agar dunia bisa belajar untuk hidup berdampingan dengan Covid-19.
"Virus (corona) ditakdirkan akan menjadi endemik. Bahkan saat vaksin mulai diluncurkan," kata Profesor David Heymann, ketua kelompok penasihat strategi dan teknis WHO untuk bahaya infeksi.
Seperti diberitakan Kompas.com, Penyakit endemik adalah penyakit selalu ada pada suatu daerah atau kelompok populasi tertentu.
Baca juga: Satgas Terus Benahi Pelaksanaan PPKM Mikro Untuk Tekan Kasus Covid-19
Dia melanjutkan, saat ini dunia sangat berharap adanya herd immunity. Entah bagaimana banyak yang percaya, jika banyak orang yang kebal terhadap virus maka angka penularan akan menurun.
Heymann yang juga seoranga ahli epidemiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan, konsep herd immunity disalahpahami.
"Tampaknya takdir (virus corona) SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 akan menjadi endemik, seperti halnya 4 virus corona lain yang menginfeksi manusia. Virus akan terus bermutasi saat berkembang biak di sel manusia," imbuhnya seperti dilansir Guardian, 29 Desember 2020.
“Kita hidup dalam masyarakat global yang semakin kompleks. Ancaman ini akan terus berlanjut. Jika ada satu hal yang perlu kita pelajari dari pandemi ini, dengan semua tragedi dan kehilangan,kita perlu bertindak bersama. Kita perlu melakukan tindakan yang lebih baik setiap hari.”
Kepala ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan menambahkan, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 tidak berarti menghentikan protokol kesehatan seperti jaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan di masa depan.
Swaminathan berkata, peran pertama dari vaksin adalah untuk mencegah penyakit simptomatik, penyakit parah, dan kematian.
Apakah vaksin juga akan mengurangi jumlah infeksi atau mencegah orang menularkan virus, pertanyaan ini masih harus dikaji.
"Saya tidak percaya kami memiliki bukti bahwa vaksin apapun dapat mencegah seseorang benar-benar terinfeksi dan karena itu masih dapat menularkannya,” kata Swaminathan.
"Jadi, kita perlu berasumsi bahwa orang yang telah divaksinasi juga perlu melakukan tindakan pencegahan yang sama."
Di kesempatan yang sama, Direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa tahun ini kita akan melihat tantangan baru dari Covid-19.
Misalnya, varian baru Covid-19 dan tantangan membantu orang yang lelah dengan pandemi