Perempuan Pengusaha Milenial Bicara Kaitan Semangat Keagamaan dan Peningkatan Etos Kerja
bekerja tidak sekadar dapat dimaknai untuk memenuhi harta tapi juga mendapatkan keberkahan dari Tuhan.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perempuan pengusaha milenial Maria Monica Leoningrum berbicara mengenai kaitan antara semangat keagamaan dan peningkatan etos kerja di dunia kerja.
Peningkatan etos kerja merupakan sebuah kewajiban bagi setiap insan untuk meraih peningkatan ekonomi dan kesejahteraan.
Namun begitu, menurutnya, bekerja tidak sekadar dapat dimaknai untuk memenuhi harta tapi juga mendapatkan keberkahan dari Tuhan.
Menjaga kekompakan antar-karyawan juga menjadi bagian dari peningkatan etos kerja untuk mencapai keberkahan tersebut.
Baca juga: Potensi Wanita Indonesia dalam Dunia Kerja Makin Besar
"Kita harus melihat agama itu sebagai suatu jalan untuk menyatukan. Jadi kenapa hubungannya erat agama dengan peningkatan etos kerja. Agama itu menjadi suatu norma untuk manusia menjalankan kehidupannya sesuai ajaran Tuhan masing-masing. Begitu juga di dalam perusahaan. Kita tahu kalau norma atau ketentuan itu ada. Jadi bagaimana cara menghubungkan agama bisa meningkatkan etos kerja dari karyawan kita untuk mencapai keberkahan," ujar Leony, sapaannya, di sela Silaturahmi dan Ceramah Rohani Imam Besar di Islamic Center of New York, Muhammad Shamsi Ali, bertajuk 'Agama Dan Peningkatan Etos Kerja', di Tower 88 Casablanca, Jakarta Selatan, Selasa (9/3/2021).
Leony adalah Direktur Artharia Karya Oranye (AKO) PTE. LTD.
Dia meminta semua karyawannya meningkatkan etos kerja karena meningkatkan etos kerja merupakan ajaran agama.
Baca juga: Rayakan Hari Perempuan Sedunia, Ayu Azhari Soroti Peran Wartawati di Indonesia
Karyawan perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas ini memiliki latarbelakang yang berbeda-beda. Namun, semua karyawan diberlakukan sama.
"Yang paling penting tidak pernah saya melihat karyawan berdasarkan agamanya, suku dan etnis, dan gendernya. Semuanya sama," kata Leony.
Lulusan Prasetiya Mulya Business School ini mengatakan untuk mengembangkan sebuah perusahaan, semua karyawan harus menjadikan agama sebagai spirit menjaga persatuan dan kekompakan dalam bekerja.
Hal ini, kata Leony, sangat penting untuk mendapatkan keberkahan itu sendiri.
"Sangat bagus sekali kalau agama untuk menyatukan. Itu yang kita harapkan untuk karyawan-karyawan di sini. Jadi jangan ada kolompok-kolompok yang membuat kelompok terpisah terutama berhubungan dengan agama," kata perempuan berusia 30 tahun ini.
Baca juga: Ucapan Menlu Retno Marsudi di Hari Perempuan Internasional 2021
Lebih lanjut, Leony menyampaikan dirinya kerap meminta karyawannya menggelar doa bersama sebelum memulai bekerja. Doa yang dipanjatkan ini dengan harapan agar seluruh pimpinan dan karyawannya di perusahaan ini diberikan keselamatan dan keberkahan.
"Kita memang suka berkumpul misalnya setiap hari Senin untuk melakukan doa bersama karyawan perusahaan ini. Kan yang PT Prakarsa Betung Meruo Senami Jambi (PBMSJ) anak perusahaan dari AKO, bergerak di bidang minyak. Jadi sangat mengutamakan keselamatan, sebelum memulai pekerjaan doa keselamatan sangat kita utamakan. Itu sebelum pandemi ini. Tapi setelah pandemi ini kita mengatur jadwal WFH atau WFO satu minggu-satu minggu. Tetap kita terus mengatur mengenai doa bersama," paparnya.
Leony berharap dengan adanya agama sebagai jalan peningkatan etos kerja ini perusahaannya tidak hanya berkembang, baik di dalam maupun luar negeri, tapi juga lebih memperhatikan kesejahteraan karyawannya.
"Jadi bukan hanya pemiliknya saja yang berkah tapi juga seluruh karyawan. Harapan saya apabila perusahaan ini berkembang memiliki banyak lini di bisnis lain, Karyawan pun ikut merasakan kesejahteraan. Di dalam hubungannya agama, karyawan, apapun agamanya, pasti ikut mendoakan perusahaan ini," ucap Leony.
Sementara itu, Imam Shamsi Ali mengatakan, etos kerja akan terbangun dari keragaman dan kesepahaman dalam dunia global yang penuh kompetisi ini.
Menurut Shamsi Ali, yang diperlukan saat ini adalah ketauladanan dalam titik-titik kebaikan dalam setiap komunitas.
Dia juga menghimbau setiap komunitas terus belajar membangun kesepahamam dan tak perlu kaget ketika berhadapan dengan perbedaan, termasuk perbedaan keyakinan dan beribadah.
"Bayangkan kalau cinta kasih dan kasih sayang dipertemukan. Maka kalau ini terjadi maka kerjasama dengan baik. Bukan cuma itu, maka Beyond dari pada patnership akan terjadi apresiasi. Apresiasi ini artinya menyadari bahwa setiap komunitas itu ada kekurangan dan kelebihan," kata Shamsi Ali.
"Maka dalam dunia global ini kita tidak bisa lagi mengindari bahwa hanya satu di depan kita. Membangun kerja sama dan menghargai perbedaan yang ada dengan cinta kasih dan kasih sayang yang kita miliki. Etos kerja akan terbangun dari sana," imbuhnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.