Darurat Sampah Tekstil, Brand Fashion Ini Gelar Pameran 'Sayang Sandang, Sayang Alam'
Tingkat konsumsi yang tinggi terhadap kebutuhan sandang, ternyata memberikan dampak buruk pada lingkungan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingkat konsumsi yang tinggi terhadap kebutuhan sandang, ternyata memberikan dampak buruk pada lingkungan.
Saat ini masih banyak lini fashion yang belum memikirikan dampak dari menumpuknya sampah tekstil yang mereka hasilkan terhadap kelestarian alam.
Perlu diketahui, pergerakan tren yang sangat cepat, turut mendorong pasar industri fashion untuk terus berkembang dan bergerak dinamis.
Secara global, industri fast fashion memberikan kemudahan kepada para konsumen untuk memilih beragam busana atau pakaian, namun dengan harga yang relatif terjangkau.
Hal inilah yang menyebabkan jumlah limbah fashion terus meningkat.
Penggunaan serat sintetis seperti poliester pun turut menambah 'produksi limbah', karena bahan ini merupakan serat plastik yang tidak dapat terurai secara hayati.
Tentunya butuh waktu hingga 200 tahun untuk bisa mengurai limbah ini.
Mirisnya, sekitar 85 persen sampah tekstil ini dibuang ke tempat sampah dan laut.
Oleh karena itu, salah satu brand fashion tanah air yakni Sejauh Mata Memandang (SMM) akhirnya menggerakkan kampanye perubahan melalui #sejauhmanakamupeduli.
Brand ini berkomitmen untuk menjadi agen perubahan dan label yang bertanggung jawab terhadap limbah yang dihasilkan.
Ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran konsumen terhadap dampak produk pakaian yang mereka gunakan terhadap kelestarian lingkungan.
SMM mengkampanyekan perubahan ini melalui pameran bertajuk 'Sayang Sandang, Sayang Alam' yang bercerita tentang darurat sampah tekstil.
Pameran ini disponsori oleh TACO dan dihelat di Ashta District 8, kawasan bisnis SCBD, Jakarta Selatan, selama satu bulan yakni mulai 6 Maret hingga 6 April 2021.