Mengenal Produk Tembakau Alternatif, Tidak Hasilkan Asap, Bagaimana Risikonya?
produk tembakau alternatif menghasilkan uap karena tidak melalui proses pembakaran seperti halnya rokok.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Publik masih sering menganggap produk tembakau alternatif sebagai produk tembakau yang dipanaskan seperti halnya rokok elektrik yang menghasilkan asap.
Padahal tidak demikian. Produk tembakau alternatif menghasilkan uap, bukan asap. Ia memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok.
Anggapan yang keliru tersebut harus segera diluruskan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Peneliti dari Koalisi Indonesia Bebas Tar (KABAR), Amaliya, menjelaskan produk tembakau alternatif, khususnya produk tembakau yang dipanaskan, menghasilkan uap karena tidak melalui proses pembakaran seperti pada rokok.
Produk tersebut memanaskan batang tembakau pada suhu maksimum 350 derajat Celcius.
Sedangkan, pada rokok, dilakukan pembakaran tembakau pada suhu 800 derajat Celcius.
Baca juga: Perlu Regulasi Khusus Terkait Produk Tembakau yang Dipanaskan dan Rokok Elektrik
“Perbedaan cara penggunaan produk tembakau alternatif dan rokok menjadi kunci utama terhadap perbedaan kadar senyawa kimia berbahaya yang dihasilkan oleh produk-produk tersebut.
Jika rokok harus dibakar untuk dapat dikonsumsi, maka produk tembakau alternatif hanya perlu dipanaskan untuk dapat dikonsumsi.
"Kalau dibakar keluar asap, kalau dipanaskan keluar uap,” terang Amaliya.
Amaliya menambahkan karena proses pemanasan yang dilakukan oleh produk tembakau yang dipanaskan, maka produk tersebut menghasilkan kadar senyawa kimia berbahaya yang jauh lebih rendah daripada rokok, sehingga memiliki risiko yang juga lebih rendah daripada rokok.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil kajian ilmiah yang dilakukan oleh YPKP bersama Skylab-Med di Yunani pada 2019 lalu.
Kajian ilmiah tersebut menyimpulkan produk tembakau yang dipanaskan memiliki adelhida yang jauh lebih rendah daripada rokok.
Selain itu, hasil kajian ilmiah dari UK Committee on Toxicology (COT), bagian dari Food Standards Agency, juga menyimpulkan bahwa produk tembakau yang dipanaskan menghasilkan uap yang mengandung senyawa kimia berbahaya yang lebih rendah sebesar 50-90 persen daripada asap rokok.
Sedangkan, pada asap rokok, terdapat TAR yang mengandung ribuan senyawa kimia berbahaya yang dapat memicu berbagai penyakit berbahaya, seperti kanker.
Berdasarkan data National Cancer Institute Amerika Serikat, hampir dari 7.000 bahan kimia yang ada pada rokok, 2.000 di antaranya terdapat pada TAR.
“Karena produk tembakau alternatif sudah terbukti hanya menghasilkan uap, bukan asap, dan memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok, maka sejumlah negara maju, seperti Jepang, Korea Selatan, Inggris, dan Selandia Baru telah menerima keberadaan produk tersebut dan mendukung penggunaannya untuk mengatasi masalah rokok di negaranya.
Tapi, yang perlu diingat baik-baik, bukan berarti produk tersebut bebas risiko sepenuhnya ya,” tegas Amaliya.
Lantaran masih rendahnya informasi yang akurat mengenai produk tembakau alternatif, Amaliya mendorong pemerintah untuk melakukan kajian ilmiah yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
“Sampai saat ini masih banyak pihak yang menganggap produk tembakau alternatif menghasilkan asap, padahal setelah diteliti faktanya tidak demikian.
Ini merupakan kekeliruan yang harus diluruskan melalui riset demi memaksimalkan penggunaan produk tembakau alternatif untuk menurunkan angka perokok,” tutupnya.