Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Cara Mengatasi Mertua Galak Tanpa Harus Mendatangi Psikolog

Untuk mengatasi mertua yang galak atau kerap berselisih, tentu hal yang paling utama adalah memahami kebutuhan rumah tangga.

Penulis: M Alivio Mubarak Junior
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Cara Mengatasi Mertua Galak Tanpa Harus Mendatangi Psikolog
THINKSTOCK.COM
Ilustrasi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mohammad Alivio

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak sedikit pasangan suami istri mengeluh karena sikap yang kurang mengenakkan dari sang mertua.

Khususnya untuk rumah tangga baru atau yang masih tinggal bersama orangtua.

Dalam proses pengenalan, tentu saja akan ada banyak konflik yang bisa ditemukan karena tidak satu suara, hinga berisiko terjadinya perselisihan.

Namun, di sini tentu saja diperlukan pemahaman satu sama lain, termasuk saling mendukung dan tidak saling menyalahkan.

Biar bagaimana pun, tidak ada orang yang sempurna. Baik anak maupun orang tua.

Lalu, bagaimana cara menghadapi mertua yang galak dan sering berbeda pendapat?

Berita Rekomendasi

Saat live di Instagram, Child Psycologist Adult & Parent-child relationship educator, Anastasia Satriyo, M.Psi, Psi memberi sejumlah tips mengatasi mertua galak untuk para menantu tanpa harus mendatangi psikolog.

"Ketika kita membangun rumah tangga dengan pasangan, kita harus sadari, kita ini mau bangun keluarga sendiri atau kita ini (akan menjadi) anak yang selalu ikut orang tua, jadi balik lagi ke esensinya itu," kata Anastasia Satriyo, Jumat (27/8/2021) malam.

Menurut Anastasia, untuk mengatasi mertua yang galak atau kerap berselisih, tentu hal yang paling utama adalah memahami kebutuhan rumah tangga.

"Orang tuh nggak ngerti loh kita butuhnya apa," jelasnya.

Baca juga: Tinggal Serumah dengan Mertua dan Sering Bertengkar? Simak Penjelasan Psikolog

Anastasia lantas mencontohkan kasus dari yang pernah ia tangani.

"Bahkan di beberapa kasus yang saya tangani, anaknya tidur sama kakek-nenek, padahal kan tugas mengasuh anak ada di orang tuanya," ujar Anastasia.

"Jadi kita perlu meningkatkan rasa keberhargaan diri kita dulu, karena kita nggak bisa ngerubah orang lain di luar sana mungkin. Orang tua kita akan tetap seperti itu dengan gayanya, dengan pembawaannya yang masing-masing," tambahnya.

Selain pentingnya memahami kebutuhan rumah tangga, tentunya sangat penting untuk memperhatikan self care emotional.

Self care emotional merupakan istilah untuk menggalakkan kepedulian atas kesehatan mental, emosional, dan fisik pribadi. Yang mana dikontrol, disengaja, dan dimulai oleh individu itu sendiri.

Tak hanya self care emotional, kalimat-kalimat afirmasi (pernyataan-pernyataan positif dan spesifik yang ditujukan kepada diri sendiri) juga sangat membantu mengatasi permasalahan.

Afirmasi juga membantu untuk berpikir positif dan menjauhkan dari pikiran-pikiran negatif yang membuat kepikiran.

"Kita (juga harus) sering meningkatkan self care emosi dan melakukan afirmasi-afirmasi kalimat yang menyemangati diri, meningkatkan pikiran bahwa kita ini manusia berharga," tutur Anastasia.

"Dan kita perlu untuk menyampaikan apa yang buat kita nyaman dan nggak nyaman," imbuhnya.

Kendati demikian, apabila sudah di tengah perselisihan dengan mertua, alangkah baiknya untuk berterus terang.

"Contohnya, kalo kita naik kereta, dan kaki kita diinjek dan kita kesakitan masa kita hanya diam doang, tapi kita kan kita bilang 'pak bu mohon maaf kaki saya keinjek,'" jelas Anastia.

"Hal ini juga sebenernya sama berlakunya dalam relasi kita dengan mertua," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas