Seni Berargumentasi: Bekal dari Cicero untuk Beradaptasi di Abad Ke-21
membaca buku ini seperti menikmati olahan bekal berbobot untuk melangkah di era 4.0. Apalagi di bagian akhir, dilampirkan 10 tips Cicero.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Kemampuan berargumentasi, yang menjadi pilar berpikir kritis, merupakah salah satu kompetensi yang dipandang perlu di abad ke-21.
Menurut salah satu artikel dalam singteach.com (Juni 2016)—media daring yang dikelola oleh National Institute for Education (NIE), Singapura—kemampuan untuk berargumentasi merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai siswa agar mampu beradaptasi dan di dalam dunia yang berkembang makin cepat dan makin kompleks.
Itu karena berpikir argumentatif menjadi tulang punggung siswa untuk berpikir lintas bidang.
Baca juga: Kompleksnya Kisah Romansa Dewasa dalam Komik After the Rain
Baca juga: Biar Gak Gabut Main Game, Ajak Anak Menjelajah Waktu Menuju Zaman Dinosaurus di Buku Ini
Beruntunglah, tidak seperti dugaan sebagian kalangan, kemampuan ini bukanlah semata datang dari bakat, tetapi terutama hasil pembelajaran dan pelatihan.
Deanna Kuhn, seorang profesor Psikologi dan Pendidikan di Teachers College, Universitas Columbia, bahkan menggarisbawahi pentingnya penguasaan kemampuan berargumentasi ini. Ia melihat, ketidakmampuan berpikir kritis dan berargumentasi tampak antara lain pada ketidakmampuan membedakan penjelasan dan bukti-bukti.
Maka, sering orang bersitegang karena si A mengatakan, “beginilah kejadiannya”, dan B juga mengatakan, “beginilah kejadiannya”.
Masing-masing menyatakan penjelasan dari sudut pandangnya, alih-alih tidak berpijak pada buktinya.
Baca juga: Baca The Yummy Science, Belajar Sains jadi Menyenangkan!
Baca juga: Ajak Anak Berpetualang Melalui Buku, Jelajahi Transportasi di Komik Sains Plants vs Zombies
Ketrampilan Klasik
Berargumentasi merupakan suatu proses menyusun pernyataan berdasarkan premis-premis untuk mendukung satu kesimpulan. Keterampilan berargumentasi sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru.
Seni berargumentasi dan retorika tetapi telah dipelajari sejak peradaban Romawi atau bahkan Yunani.
Salah satu tokoh yang terkenal akan keahilannya berargumentasi adalah Marcus Tullius Cicero, yang lahir pada 106 SM.
Sejak muda ia telah mempelajari seni pidato dan hukum; kemenangannya melawan advokat paling kondang kala itu—Hortensius—melejitkan nama Cicero sebagai advokat dan orator terkemuka.
Cicero dikenal sebagai salah satu orator ulung sepanjang sejarah. Ia juga dikenal karena risalah-risalahnya tentang retorika yang masih menjadi rujukan hingga sekarang.
Baca juga: Ayah Bunda, Mengurus Anak Tak Harus Ribet, Santuy Saja, Yuk Intip Triknya di Buku Ini
Buku How to Win and Argument: Sebuah Panduan Klasik tentang Seni Persuasi—yang terjemahannya diterbitkan oleh Penerbit KPG (2021)—menyajikan beberapa tulisan Cicero, tentang seni memenangkan argumentasi.
Dari sekian banyak teks Cicero yang masih tertinggal sampai saat ini, editor buku ini, James M. May, telah memilihkan untuk pembaca beberapa teks penting Cicero yang menjelaskan bagaimana seseorang dapat menyusun argumen yang persuasif dan bagaimana menyampaikannya. James M. May, yang seorang profesor sastra klasik di St. Olaf College, Minnesota, selain menerjemahkan teks-teks Cicero itu dari bahasa Latin, juga memberi narasi singkat dan beberapa catatan sehingga pembaca tak akan terlalu sulit menangkap konteks teks-teks Cicero dan poin-poin penting di dalamya.
Ada empat topik yang disuguhkan dalam buku ini, mulai dari persiapan menyusun argumentasi yang baik, tokoh yang layak jadi panutan, lalu pentingnya menulis untuk persiapan, dan persyaratan seorang pembicara ideal.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.