Hadapi Masa Depan Tanpa Khawatir, Eksplor Melalui Buku yang Satu Ini
Buku The Future Book: Menjadikan Karier dan Hidup Anda Relevan di Masa Depan, Magnus Lindkvist menjabarkan bagaimana seharusnya berpikir masa depan.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Pandemi membuat transformasi masa depan yang diperkirakan berlangsung 5-10 tahun mendatang, memaksa kita untuk beradaptasi dalam waktu 5-10 bulan.
Masa depan tidak lagi sejauh yang kita kira. Ada dua cara untuk mengeksplorasi masa depan: menantikannya atau membuatnya.
Dalam buku The Future Book: Menjadikan Karier dan Hidup Anda Relevan di Masa Depan, Magnus Lindkvist menjabarkan bagaimana seharusnya kita berpikir mengenai masa depan.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Ini Manfaat Ganti Oli Sesuai Buku Panduan Kendaraan
Baca juga: Menanamkan Karakter Positif Anak Melalui Cerita Rakyat, Yuk Ayah, Bunda Baca Bukunya
Bereksperimen dengan Sabar
Ekseperimen adalah awal dari segalanya. Sejak balita, kita jatuh berkali-kali untuk bisa berjalan. Magnus Lindkvist mengibaratkan eksperimen ini bagai berkebun.
Saat berkebun, kita bisa menyiapkan berbagai hal dan memastikan kondisi-kondisi tertentu terpenuhi, tetapi kita tidak akan bisa memastikan hasilnya akan seperti apa.
Hidup dari bawah ke atas seperti ini membuat kita tidak gila akan kontrol dan membiarkan kegagalan tetap menjadi satu opsi.
Berusaha mengontrol segala sesuatunya malah juga bisa menutup opsi dan peluang lain yang terbuka.
Sebidang kebun yang cantik tidak tumbuh karena kebetulan, tetapi bagaimana warna muncul dan semak mengarahkan posisi cabang-cabangnya, tidak dapat dikontrol. Eksperimen yang baik, seperti aktivitas berkebun yang baik, dipenuhi “kesabaran yang bergairah”.
Dengan seperti ini pula, kita akan bisa memiliki kesadaran untuk “bounce back”, bangkit kembali dari kegagalan dan tidak membiarkan kerikil menghalangi kita untuk berjalan ke masa depan
Daur Ulang Kegagalan
Tidak ada seorang pun yang menyukai kegagalan. Namun, kegagalan dapat menjadi pijakan kita untuk melompat ke masa depan.
Banyak orang berpikir bahwa masa depan pasti berasal dari masa depan, sehingga mengabaikan berbagai ide-ide gagal, yang mungkin justru adalah jalan ke masa depan.
Bahan bangunan semen digunakan pada zaman Byzantium, tetapi bahan ini mahal dan kurang praktis sehingga ditinggalkan selama berabad-abad sampai ditemukan kembali melalui sebuah proses manufaktur yang baru pada tahun 1800-an.
Kita cenderung melihat gagasan sebagai sebuah “apa”, tetapi sebenarnya mungkin itu adalah soal “kapan” atau “siapa” atau “bagaimana”.
Berpikirlah seperti Anak-anak
Beberapa orang yang lebih tua memang bijaksana, tetapi banyak yang menjadi kaku dan mengeluh bahwa dunia dari masa lalu sudah tidak ada lagi.