Dermatologist: Saat Pandemi, Produsen Skincare Fokus pada Sensitive Skin Issue
di masa pandemi virus corona (Covid-19) ini, isu kesehatan sangat diminati banyak orang, termasuk kesehatan kulit.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini pengguna produk perawatan kulit (skincare) semakin cerdas untuk tidak hanya sekadar menggunakan, namun juga memahami dan peka terhadap kandungan (ingredients) produk.
Terlebih di masa pandemi virus corona (Covid-19) ini, isu kesehatan sangat diminati banyak orang, termasuk kesehatan kulit.
Satu diantara sejumlah isu yang tengah menjadi fokus di kalangan produsen produk skincare maupun pengguna adalah sensitive skin issue atau hal yang berkaitan dengan kondisi kulit sensitif, seperti eksim hingga atopik.
Dermatologist, dr. Arini Widodo, Sp.KK., mengatakan bahwa isu ini kini juga menjadi concern diantara para dokter, produsen hingga konsumen.
"Tapi yang baik (dari pandemic ini) juga bahwa salah satunya ada memang sensitive skin issue, jadi si sensitive skin ini juga jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun," ujar dr. Arini, dalam virtual media gathering launching Face Republic, Rabu (3/11/2021).
Hal pertama yang memicu concern terhadap isu kulit sensitif ini adalah penggunaan berbagai kandungan produk yang mengalami peningkatan.
"Dan itu konstan, jadi bukan tergantung pandemic saja, kenapa? Karena penggunaan bahan yang meningkat," jelas dr. Arini.
Ia kemudian menjelaskan bahwa toiletries seperti produk untuk membersihkan diri dan perawatan tubuh yang biasa dipakai sehari-hari memiliki begitu banyak bahan yang terkandung pada tiap produknya.
Baca juga: Pandemi Bikin Pengguna Skincare Makin Cerdas, Selektif Baca Kandungan Produk
"Toiletries yang kita pakai itu sebenarnya banyak, dan ingredients list kalau kita lihat satu produk aja ingredientsnya itu banyak banget," papar dr. Arini.
Sehingga bagi produsen skincare yang kini concern pada masalah ini tentunya akan membatasi penulisan list ingredients yang berlebihan itu.
"Jadi tentunya sekarang ada skincare-skincare yang dibatasi ingredients list itu. Jadi mereka tidak mau menampilkan terlalu banyak ingredients list, mereka membatasi mana yang perlu-perlu aja," kata dr. Arini.