Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Minat Baca dan Literasi Gizi Masyarakat Masih Rendah, Story Telling Bisa Jadi Solusi

Hasil Programme for International Students Assessment (PISA) tahun 2018, menunjukkan bahwa 70% siswa di Indonesia memiliki minat baca rendah.

Penulis: Willem Jonata
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Minat Baca dan Literasi Gizi Masyarakat Masih Rendah, Story Telling Bisa Jadi Solusi
ist
Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Bersama Kampung Dongeng Indonesia mengadakan diskusi dan literasi dengan tema “Kami Sadar Gizi, Siap Bersaing di Era Globalisasi”.Hadir Ketua Harian YAICI Arif Hidayat, SE.MM, dr. Meita Rakhmawati, Dokter Umum, Maman Suherman pegiat literasi dan pendiri Kampung Dongeng Indonesia Awam Prakoso 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil Programme for International Students Assessment (PISA) tahun 2018, menunjukkan bahwa 70% siswa di Indonesia memiliki minat baca rendah.

Tepatnya di bawah Level 2 dalam skala PISA, sehingga mengelompokan Indonesia sebagai negara yang tergolong darurat literasi.

Dengan kata lain, mereka bahkan tidak mampu sekadar menemukan gagasan utama maupun informasi penting di dalam suatu teks pendek.

Kondisi ini diperparah dengan angka minat baca di Indonesia yang juga rendah.

Bahkan tahun 2018, survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa persentase penduduk di atas usia 10 tahun yang membaca surat kabar atau majalah hanya 14,92%.

Angka ini lebih rendah dari persentase 15 tahun sebelumnya (23,70%), padahal, selama hampir 15 tahun, pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan nasional untuk mengatasi krisis literasi ini. Buruknya budaya literasi di Indonesia ini yang menjadi pemicu persoalan gizi buruk dan stunting yang tak kunjung usai.

Baca juga: Ibu di Medan Aniaya Anak Tirinya Pakai Penggaris Besi dan Cabai: Bermula dari Belajar Membaca

BERITA TERKAIT

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan, salah satu bukti rendahnya literasi masyarakat adalah masih ditemukannya susu kental manis dikonsumsi sebagai minuman susu.

“Dalam temuan kami baik data dari hasil survey maupun saat bertemu langsung dengan masyarakat, masih banyak yang beranggapan bahwa susu kental manis adalah susu yang dapat dikonsumsi sebagai minuman susu."

"Alasannya karena sudah terbiasa, ada yang merasa pernah mendengar aturan penggunaan susu kental manis, tapi tidak ingin mencari tahu. Ini menunjukkan literasi rendah, masyarakat tidak teredukasi,” jelas Arif Hidayat saat diskusi dan literasi dengan tema Kami Sadar Gizi, Siap Bersaing di Era Globalisasi belum lama ini.

Selain Arif, acara yang diinisiasi  Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Bersama Kampung Dongeng Indonesia menghadirkan dr. Meita Rakhmawati, Dokter Umum, Maman Suherman pegiat literasi dan pendiri Kampung Dongeng Indonesia Awam Prakoso. 

Pegiat literasi Maman Suherman mengatakan,  perjuangan mengajak orang berliterasi tidak hanya berhenti sampai BPOM mengeluarkan ketentuan tentang susu kental manis.

“Bicara literasi bukan hanya sekedar baca tulis, tapi mengerti apa yang kita baca.

Sebagai contoh, BPOM telah melarang penggunaan susu kental manis sebagai pengganti ASI.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas