Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Dukungan Orangtua dan Perhatian Lingkungan Bikin Anak Down Syndrome Bahagia, Bahkan Berkarya 

Stigma negatif terhadap anak down syndrome, bahwa mereka tidak dapat hidup mandiri sangat tidak tepat.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
zoom-in Dukungan Orangtua dan Perhatian Lingkungan Bikin Anak Down Syndrome Bahagia, Bahkan Berkarya 
Tribunnews.com/ Eko Sutriyanto
Cordlife dan Persatuan Orang Tua Anak Down Syndrom (POTADS) juga menghadirkan Down Syndrome’s Got Talent Season 2, yaitu ajang perlombaan talenta yang diikuti oleh ratusan anak down syndrome di seluruh Indonesia dengan talenta-talenta yang luar biasa. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Stigma negatif terhadap anak down syndrome, bahwa mereka tidak dapat hidup mandiri sangat tidak tepat.

Sebab, banyak anak-anak down syndrome memiliki potensi untuk berkembang, mandiri dan berkarya untuk dirinya sendiri.

Tentunya hal ini perlu adanya dukungan orangtua serta perhatian keluarga serta lingkungan sekitar, agar mereka bisa tumbuh secara bahagia bahkan berkarya. 

Fakta ini ditunjukkan saat event 6th Trisomy Awareness Bash 2022 yang diadakan dalam rangka memperingati hari Down Syndrome Sedunia.

Baca juga: Peringati Hari Down Syndrome, Berbagi Pengalaman dengan Siswa Berkebutuhan Khusus

Acara yang diadakan Cordlife dan Persatuan Orang Tua Anak Down Syndrome (POTADS) juga menghadirkan Down Syndrome’s Got Talent Season 2, yaitu ajang perlombaan talenta yang diikuti oleh ratusan anak down syndrome di seluruh Indonesia dengan talenta-talenta yang luar biasa.

"Talenta-talenta luar biasa berhasil dipertunjukan oleh anak-anak down syndrome di acara tersebut sehingga membuktikan bahwa kelainan genetik tidak pernah membatasi anak untuk berkarya," kata Asisten Manager PT Cordlife Persada, Wita Pratiwi dalam keterangan tertulis, Rabu (30/3/2022).

BERITA TERKAIT

Keseruan lainnya dalam event 6th Trisomy Awareness Bash 2022, penyelenggara juga mengadakan kegiatan Sandwich Challenge yang didukung oleh Oxone dan juga Moms and Kids Dance Challenge bersama dengan Grandis Tenar @grandistenar yang berlokasi di Neo Soho Central Park Mall.

Kelahiran bayi dengan kondisi down syndrome di Indonesia terbilang tinggi dan kondisi ini mempengaruhi tumbuh kembangnya seorang anak dan menimbulkan perbedaan khas pada struktur wajah, postur tubuh, dan ciri fisik lainnya. 

Down Syndrome adalah suatu keadaan penyakit yang penderitanya akan kesulitan belajar, kesulitan tumbuh kembang, secara fisik penderita down syndrome khas, matanya agak menjauh, lehernya pendek, kepala kecil, jari-jari pendek, kadang-kadang ada multi penyakit lainnya seperti penyakit jantung bawaan, gangguan tiroid, gangguan pendengaran.

“Penyakit ini biasanya diturunkan atau genetic, ada komponen DNA terjadi permasalahan saat tumbuh kembang," kata Dr. dr. Aryani Aziz, Sp.OG-KFM, MARS Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fetomartenal RS. Siloam Sriwijaya seperti dilansir dari Sonora.

Biasanya ada sejumlah faktor risiko seperti ibu hamil di usia tua, riwayat anak terdahulu punya down syndrome, ibu juga punya kebiasaan merokok, alkohol, terpapar zat beracun juga kekurangan gizi.

"Down syndrome bisa diketahui saat kehamilan dengan pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan NIPT, pemeriksaan darah saat hamil 10 minggu," katanya.

Data Riskesdas tahun 2018, 0,21% permasalahan kelahiran pada bayi berusia 24-59 bulan berkaitan dengan kasus down syndrome.

"Mengacu pada data Laju Pertumbuhan Penduduk di tahun 2018 terlahir  8.820 bayi dengan kondisi down syndrome. 

Down syndrome yang dikenal juga sebagai trisomi 21 adalah kelainan genetik yang dapat dideteksi sejak bayi masih berada di dalam kandungan.

Kromosom manusia normalnya pada setiap sel berjumlah 46, namun bagi mereka dengan kondisi down syndrome memiliki jumlah 47 kromosom.

Irsani Fernilia, Product Manager PT Cordlife Persada menambahkan, pihaknya ingin membantu banyak orang hidup lebih sehat, lebih bahagia, lebih baik dan menginformasikan kepada masyarakat mengenai layanan diagnostic.

"Salah satunya NIPT ( Non Invasive Prenatal Test) yang dapat mendeteksi kelainan kromosom sejak usia kehamilan 10 minggu, salah satunya kelainan pada kromosom 21 atau dikenal down syndrome," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas