Ketika Besi Keramat Suku Dayak Jadi Inspirasi Desainer Fashion
Koleksi bertajuk Mantikei, dengan style Ethnic-Sexy Elegant karya Ariesanthi seolah memiliki pesona tersendiri.
Penulis: FX Ismanto
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada koleksi fashion yang menarik perhatian dalam perhelatan Indonesia Fashion Week 2022.
Koleksi bertajuk Mantikei, dengan style Ethnic-Sexy Elegant karya Ariesanthi seolah memiliki pesona tersendiri.
Terinspirasi dari legenda asal muasal bilah besi lentur kramat suku dayak, yang, konon merupakan tetesan darah Dewa Mantikei yang berubah menjadi besi dan mengandung racun mematikan.
Baca juga: Kemendag Gelar In Store Promotion Ramadan Fashion Festival 2022
Baca juga: MUFFEST+ 2022 Angkat Tema Muslim Fashion, Muslim Lifestyle
Karena beracunnya besi tersebut, tidak setiap orang dapat menyimpannya, dan konon menurut beberapa sumber, hanya keturunan Dandan Kahayan (pemburu yang membunuh dewa Mantikei) yang bernama Sempong Amai Bungai yang dibantu makhluk gaib hutan Kalimantan yang sanggup menyimpan dan memilikinya meskipun harus kehilangan tujuh orang suruhannya saat menuju tempat besi keramat itu berada.
Cucuran darah Mantikei yang berubah menjadi besi lentur inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal Mandau sakral, disebut Sanaman Mantikei.
Legenda suku Dayak inilah yang menjadi inspirasi sang desainer.
Besi Sanaman Mantikei terwakili dalam warna gradasi abu-abu gelap dan hitam serupa bilah besi dengan kombinsi warna tanah lumpur & nuansa kayu lalu diolah sedemikian rupa menjadi suatu karya adi busana (Custom & avant garde) berjenis cocktailwear & eveningwear yang tetap memiliki ciri etnik-kontemporer sebagai warisan budaya bangsa.
Adapun koleksi busana yang menggunakan material utama Jacquard & Raw Textile dengan aksen art-patchwork yang dibuat dari manik-manik kayu/macrame, dengan karakter busana Ethnic, Sexy, Elegan.
Koleksi MANTIKEI memiliki harapan dapat merepresentasikan sosok wanita usia 18-30 tahun, yang memiliki figur kuat layaknya besi mantikei, elegan, sekaligus unpredictable ditengah arus modernitas, namun tetap berpijak kuat pada budaya bangsa.
Siapa Ariesanthi sang desainer?
Sosok yang terlahir dengan nama lengkap Tyas Santhi Fatmasari, M.B.A. adalah desainer muda kelahiran Yogyakarta, 02 November 1984.
Ia akrab dipanggil Arie atau Santhi.
Sedari kecil, ia memiliki ketertarikan kuat pada berbagai khususnya busana adat nusantara berikut clemen-elemen yang terkait di dalamnya. Hal itu memperkuat keinginannya menjadi seorang fashion designer, meskipun harus melewati lika-liku pendidikan yang cukup panjang.
Setelah memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Imu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta tahun 2007 dan dilanjutkan dengan menamatkan pendidikan S2 Magister Manajemen bidang Human Resources & Organization, thn.2009 di perguruan tinggi yang sama, ternyata tak membuatnya patah semangat untuk terus menambah wawasannya tentang fashion dari berbagai hal.
Perkembangan garis rancang design-nya didukung pula oleh latar belakang keluarga yang berasal dari berbagai etnis, yaitu Sumatera, Jawa, dan Sulawesi, serta lingkungan tempatnya dibesarkan yaitu, Kalimantan Timur, ternyata menjadi hal yang semakin memperkaya perbendaharaannya akan budaya Indonesia.
Ketertarikan itu pulalah yang membuatnya semakin jauh menggeluti dunia fashion yang juga membawanya terlibat secara langsung maupun tidak langsung pada berbagai kegiatan, salah satunya sebagai freelance designer. Sebagai bentuk keseriusannya, pada Desember 2008, ia resmi menjadi designer & owner brand miliknya sendiri yaitu "ARIESANTHI".
Peraih Juara Harapan I Fashion Design Competition Jogja Fashion Week 2010, & Top 15 Designer Nominatee for International Fashion Crowd Challenge October 2015 at 1*Day, memiliki pengalaman mengikuti berbagai event fashion baik didalam maupun Iuar Jogja.