Kampanye Global Be Seen Be Heard, Agar Suara Kaum Muda Teramplifikasi di Sektor Publik
Kaum muda punya hak dilibatkan dalam keputusan-keputusan politik yang mempunyai pengaruh kepada mereka. Namun banyak rintangan menghalangi mereka.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini jutaan kaum muda saat ini hilang dari sektor publik.
Dengan krisis iklim, konflik global, dan ketidaksetaraan generasi yang kian tajam, pendapat, perspektif dan representasi dari kaum muda di saat sekarang sangat dibutuhkan.
Hampir setengah dari populasi dunia berusia di bawah 30 tahun, namun hanya 2,6 % saja dari mereka yang duduk di parlemen di seluruh dunia.
Usia rata-rata pemimpin dunia sekarang adalah 62 tahun dan dari semua parlemen di dunia, 37 persen sama sekali tidak memiliki satupun anggota parlemen di bawah usia 30 tahun dan kurang dari 1 persen anggota parlemen muda ini adalah perempuan.
Baca juga: Milenial dan Gen Z Disebut Butuh Sosok Tegas Sebagai Figur Presiden Ideal
Kaum muda mempunyai hak untuk dilibatkan dalam keputusan-keputusan politik yang mempunyai pengaruh kepada mereka.
Namun banyak sekali rintangan yang menghalangi mereka untuk berpartisipasi.
Fakta ini mendorong The Body Shop dan Kantor Utusan Pemuda Sekretaris Jenderal PBB berkolaborasi untuk mengubah hal ini melalui kampanye global Be Seen Be Heard agar suara kaum muda lebih teramplifikasi di sektor publik.
Jayathma Wickramanayake, Utusan Sekretaris Jenderal PBB untuk Pemuda mengatakan, kesenjangan kekuasaan, pengaruh, dan kepercayaan antar generasi menjadi salah satu tantangan terbesar saat ini.
"Kaum muda telah secara jelas melakukan berbagai macam kegiatan aktivisme di jalan-jalan, dalam sektor kemasyarakatan, dan juga di platform media sosial, yang semakin membuktikan bahwa mereka sangat peduli terhadap perubahan yang transformatif untuk menciptakan masyarakat yang lebih setara, adil, dan berkelanjutan," kata Jayathma dalam keterangannya, Kamis (12/5/2022).
Dikatakannya, partisipasi adalah hak dan kurangnya keterwakilan kaum muda di lembaga pengambil keputusan menyebabkan rasa ketidakpercayaan yang semakin dalam pada institusi-institusi politik selain rasa keterasingan dari wakil rakyat yang terpilih.
"Ini semua disebabkan oleh kebijakan-kebijakan yang tidak mencerminkan prioritas kepada kaum muda, tidak menyalurkan kekhawatiran-kekahawatiran mereka, ataupun berbicara bahasa yang sama dengan mereka. Kampanye ini adalah kesempatan untuk mengubah hal-hal tersebut,” katanya.
David Boynton, CEO The Body Shop mengatakan, kampanye global Be Seen Be Heard bertujuan untuk menciptakan perubahan struktural jangka panjang dalam hal pengambilan keputusan agar lebih inklusif terhadap kaum muda.
“Masalah-masalah yang ada di dunia tidak bisa diselesaikan oleh orang yang sama dan kerap membuat keputusan yang sama pula.
Riset kami menunjukkan bahwa mayoritas kaum muda positif terhadap masa depan, dan kita perlu untuk mendengarkan pendapat serta ide-ide mereka dalam kancah politik," katanya.
Ia menambahkan, kampanye ini diluncurkan hari ini bersamaan dengan penerbitan laporan bersama ‘Be Seen Be Heard: Memahami Partisipasi Politik Anak Muda.
"Laporan ini merupakan potret bahwa saat ini merupakan momen yang sangat kritikal untuk memahami prasangka dan rintangan struktural yang menghalangi kaum muda untuk berpartisipasi di sektor publik, sekaligus dengan rekomendasi untuk menyampaikan tantangan-tantangan yang dihadapi sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat di seluruh dunia," katanya.
Laporan ini memaparkan hasil survei terbesar yang dilakukan oleh The Body Shop pada Desember 2021, dengan cakupan 26 negara dan 27.043 total responden, dimana lebih dari setengahnya berusia di bawah 30 tahun.
Riset ini menemukan bahwa 82 % orang yang disurvei setuju bahwa sistem politik membutuhkan reformasi yang drastis agar sesuai untuk kebutuhan masa depan. Sebanyak 84 % orang juga mengatakan bahwa para politisi hanya mementingakan diri sendiri, dan 75 % dari responden juga beranggapan bahwa para politisi ini melakukan korupsi.
Tiga perempat orang di bawah usia 30 tahun merasa bahwa politisi dan para pemimpin bisnis telah melakukan kekacauan bagi manusia dan planet ini.
Mayoritas yaitu dua dari tiga orang juga setuju bahwa keseimbangan usia di dunia politik adalah salah, dengan 8 dari 10 orang dari seluruh kelompok usia percaya bahwa usia ideal untuk memilih dalam pemilu (usia pertama kali diperbolehkan memilih) adalah 16 ke 18 tahun, walaupun di kebanyakan negara di seluruh dunia usia yang diperbolehkan untuk memilih adalah 18 tahun ke atas.
Sepertiga dari orang di bawah usia 30 tahun yang disurvei setuju bahwa lebih banyak kesempatan untuk kaum muda bersuara dalam pengembangan kebijakan dan/atau perubahan dapat membuat sistem politik menjadi lebih baik.