Arti Quiet Quitting, Tren Kerja di Tengah Budaya Hustle Culture dan Manfaatnya untuk Mental
Arti Quiet Quitting, tren bekerja di tengah budaya Hustle Culture dan manfaatnya untuk mental. Saat ini, Quiet quitting menjadi tren di TikTok.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Quiet quitting adalah istilah yang sedang tren di TikTok untuk menyebut orang yang bekerja apa adanya.
Dalam budaya kerja Quiet quitting, seorang pekerja tidak menganggap pekerjaan adalah hal yang terlalu serius.
Pekerja tidak perlu bekerja hingga lembur atau membawa pekerjaan ke rumah.
Sehingga, pekerja hanya mengerjakan pekerjaan sesuai tanggung jawab pekerjaan di tempat kerja, gaji, dan jam kerja.
Di Amerika Serikat, generasi Z yang memasuki dunia kerja menggunakan istilah Quiet quitting karena muak terlalu banyak bekerja.
Mereka secara tidak langsung menolak bekerja melampaui batas yang seharusnya, dikutip dari The Every Girl.
Baca juga: Apa itu Quiet Quitting? Simak Dampak yang Muncul dalam Dunia Pekerjaan
Secara eksplisit, Quiet quitting artinya keluar diam-diam, yang kemudian dimaknai sebagai budaya keluar dari tekanan kerja secara sembunyi-sembunyi.
Quiet quitting ini juga kerap digunakan ketika seorang pekerja tidak nyaman dengan pekerjaannya namun tidak ingin atau tidak bisa resign karena alasan tertentu.
Hubungan Quiet Quitting dengan Hustle Culture
Istilah Quiet quitting muncul di tengah-tengah Hustle Culture di tempat kerja.
Hustle culture artinya pekerjaan yang mendominasi waktu pekerja sehingga ia tidak punya waktu untuk menjalani hidup.
Gaya hidup Hustle culture artinya seseorang memprioritaskan pekerjaan daripada lingkungan di luar tempat kerja, dikutip dari Good House Keeping.
Baca juga: Arti Redenominasi, Istilah yang Dikaitkan dengan Hilangnya Tiga Angka 0 pada Uang Baru 2022
Bahkan, pekerja yang menganut Hustle culture sering mengabaikan aspek lain seperti hobi, waktu keluarga, dan perawatan diri.
Saat ini, banyak perusahaan yang membuat orang lain menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja.
Budaya Hustle Culture ini muncul karena keyakinan bahwa semakin banyak seseorang bekerja maka semakin berharga ia untuk perusahaannya.
Dengan kata lain, Hustle culture membawa arti bahwa lebih sibuk artinya sama dengan lebih baik.
Kemudian, kesibukan yang terus menerus itu dianggap selalu menghasilkan lebih banyak uang, prestise, kebahagiaan, dan harga diri yang tinggi.
Baca juga: Beda Hiatus dengan Vakum dari Media Sosial, Istilah Serupa tapi Berbeda Makna
Apakah Quiet Quitting Bermanfaat untuk Kesehatan Mental?
Di berbagai industri, penelitian telah menunjukkan antara keseimbangan kehidupan kerja dan kesehatan mental saling terkait.
Selain itu, sebuah studi Glassdoor yang dilakukan pada tahun 2021 terhadap 2.017 karyawan Inggris mengungkapkan, lebih dari seribu karyawan memiliki keseimbangan kehidupan kerja yang buruk.
Di mana pekerjaan telah merambah waktu pribadi mereka, dikutip dari India Times.
Beberapa dari mereka menerapkan Quiet Quitting untuk mengembalikan keseimbangan dalam hidup mereka.
Quiet Quitting membantu mereka memisahkan nilai seseorang sebagai pribadi dari pekerjaan.
Namun, beberapa dari mereka kesulitan memisahkan diri dari pekerjaan, karena menganggap pekerjaan adalah nilai dalam dirinya.
Ada yang menolak Quiet Quitting karena merasa kegagalan yang dirasakan di tempat kerja, termasuk tidak menerima promosi atau penghargaan atas pencapaian, dapat diinternalisasi sebagai kegagalan pribadi.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Quiet Quitting
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.