Berburu Koleksi Barang Antik di Jalan Surabaya Menteng
Di sini ada sekitar 120 orang pedagang yang menjual koleksi barang kuno nan estetik.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika Anda ingin mengiasi rumah dengan aneka barang antik seperti lampu hias hingga furnitur, Anda bisa sambangi pedagang barang antik di Jalan Surabaya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Di sini terdapat banyak pedagang yang menawarkan aneka barang antik bernilai sejarah tinggi yang tak lekang oleh perubahan zaman.
Di sini ada sekitar 120 orang pedagang yang menjual koleksi barang kuno nan estetik.
Misalnya seperti piringan hitam, keramik-keramik ukir, peralatan dapur kuno yang terbuat dari batu dan tanah liat, perhiasan dari batu giok, dan lampu-lampu kristal.
Ada juga beragam peralatan tempur, perkapalan, senjata tradisional, alat musik, koin, lukisan, patung, hingga barang elektronik seperti TV tabung, radio, mesin tik, telepon, dan jam pasir.
Masing-masing pedagang, memiliki kios sendiri yang sudah beratap. Luasnya bervariasi, ada yang berukuran 2x1 meter hingga yang lebih dari tiga meter.
Kendati begitu, Kepala Pasar Barang Antik, Tamim mengatakan, pasar tersebut mulanya berbentuk pasar tumpah yang tak bersekat dan tak beratap.
Para pedagang biasanya menggelar tikar untuk menjajakan barang daganganya dari pagi hingga sore.
"Dari tahun 1963 sudah ada, dulu kan awalnya gelar tikar, setelah ke sini-sini, baru pemerintah membangun, dirapih-rapihkan," ujar Tamim saat ditemui Wartakotalive.com, Sabtu (18/2/2023).
"Dulu dikasih tenda, ada meja, di awal-awal barang disimpan di belakang, nitip ke rumah orang," lanjutnya.
Baca juga: Seorang Miliarder AS Kembalikan 180 Barang Antik Curian Bernilai Rp 1 Miliar
Pria yang sudah berjualan barang antik selama 45 tahun itu mengatakan, kebanyakan pembeli merupakan warga lokal dan turis mancanegara.
Mereka biasanya datang untuk menengok koleksi sejarah dan membelinya untuk dekorasi rumah.
"Ya Alhamdulillah ada aja yang beli tergantung rezeki orang saja," ujarnya.
Baca juga: Takjub Lihat Koleksi Barang Antik Ahmad Dhani, Andre Taulany: Kalau Ditotalin Bisa Miliaran Nih
"Sekarang yang beli kebanyakan masyarakat lokal, dulu kan orang luar, Amerika, Belanda, Singapura, Malaysia, Thailand," imbuh Tamim.
Menurutnya, kini barang antik yang dijajakan olehnya dan rekan-rekan penjual lain di Jalan Surabaya sudah tercampur akulturasi dan duplikasi.
Sehingga, beberapa benda tak lagi se-original dulu dan lebih murah harganya.
"Ini kan udah ada duplikatnya (alat musik Trombon), yang asli udah jarang. Lampu-lampu juga banyak yang tua, tetapi sudah jarang (yang asli)," jelas Tamim.
"Karena kalau beneran asli cepat habisnya, langsung dibeli," imbuhnya.
Pria berjanggut putih panjang itu menjelaskan, kebanyakan barang antik yang dijual di Jalan Surabaya berasal dari kolektor yang menjual kepada mereka.
Sementara barangnya, kebanyakan berasal dari bekas-bekas kerajaan Jawa dan China.
"Itu banyakan kerajaan dari Jawa semacam dulu kan keramik-keramik dari Jawa, tapi ada juga dari luar kayak barang dinasti China dijual, terus orang China-nya beli lagi, begitu perputarannya," jelas Tamim.
Tamim menyebut, rata-rata barang antik di tempat itu dibanderol dengan harga Rp 500.000 sampai puluhan juta rupiah.
Baca juga: Palestina Diabaikan dalam Kesepakatan AS tentang Barang Antik Curian
Namun, harga tersebut tentatif sesuai barang yang dibeli dan penjualnya.
"Ada yang Rp 500.000, Rp 2 juta, Rp 1 juta. Paling mahal Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Yang ratusan juta udah enggak ada," jelasnya.
Tamim mengaku, perputaran barang antik memang sedikit redup usai pandemi virus corona.
Kendati begitu, pria berumur 65 tahun itu tetap berjualan dan meyakini jika rezeki sudah ada yang mengaturnya.
"Ya redup, lebih banyak yang jual daripada yang beli. Kadang-kadang kalau lagi enggak mengantongi uang, ya saya tolak aja," ujar Tamim.
"Jadi memang omzet enggak kekejar sebenarnya," imbuhnya.
Selain Tamim, salah satu penjual barang antik, Wito juga mengeluhkan hal yang sama. Pasalnya, sudah sebulan toko milik Wito tak dikunjungi pembeli.
Padahal, dirinya memiliki banyak koleksi bekas zaman kerajaan hingga Dinasti Ming pada abad ke-15.
"Ini keramik, dari Dinasti Ming abad ke-15. Tahunya dari orangtua, ahli porselen mereka," jelasnya sembari menunjukkan sebuah keramik motif bunga warna biru bergradasi putih.
Terpisah, salah satu pembeli, Abdul (29) mengaku sudah mengetahui keberadaan Pasar Barang Antik di Jalan Surabaya ini sejak lama.
Namun, dirinya baru membeli salah satu koleksinya sebab diminta oleh orangtuanya. "Iya saya beli lampu di sini, buat dekorasi rumah," ujar Abdul.
Abdul mengaku senang mengoleksi barang antik, sebab dapat menambah estetik sebuah ruangan. "Senang memang, bagus sih. Ini dekat kos juga," kata Abdul.
Sementara itu, pantauan Wartakotalive.com sejumlah turis hilir mudik menengok ragam koleksi yang disuguhkan Pasar Barang Antik Jalan Surabaya tersebut.
Mereka memasuki satu demi persatu toko dan memotret tiap detail barang yang dipajang di dalamnya.
Berbagai interior ruangan, kain-kain tenun, lampu kristal, peralatan dapur, wayang golek, dan patung kayu menjadi primadona pengunjung.
Pasar Barang Antik Jalan Surabayabuka setiap hari mulai pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB.
Laporan Reporter Nuri Yatul Hikmah | Sumber: Warta Kota