Terinspirasi Tradisi Padusan, Karya Siswa SMK NU Banat Kudus Pukau Runaway MUFFEST+ 2023
Ide kreativitas siswa mampu mengangkat gaya padusan yang terbuka dan biasa dikenakan saat mandi menjadi busana muslim yang sopan dan tertutup.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengulik filosofi Padusan, busana muslim atau modest wear karya siswa SMK NU Banat Kudus jurusan Tata Busana memukau penonton di panggung catwalk Muslim Fashion Show MUFFEST+ 2023 di The Westin.
Melalui brand Zelmira, ternyata mampu bersaing dengan jajaran para desainer ternama Indonesia maupun luar negeri lainnya di ajang muslim fashion show bergengsi ini.
Karya pelajar ini mengulik filosofi tradisi Padusan sebagai kekayaan budaya lokal masyarakat Jawa dan mewujudkannya menjadi koleksi busana yang apik.
Baca juga: Ratusan Desainer Lokal Pamerkan Karya Terbaru di Muslim Fashion Festival 2023
Uniknya, ide kreativitas siswa ternyata mampu mengangkat gaya padusan yang terbuka dan biasa dikenakan saat mandi menjadi busana muslim yang sopan dan tertutup.
Koleksi Busana Padusan yang dipamerkan memiliki misi ingin menggambarkan rangkaian seremoni luhur masyarakat Jawa sebelum memasuki bulan Ramadan.
Masyarakat Jawa biasanya melakukan adus atau mandi (dengan maksud mensucikan) menggunakan air bersih.
Kebiasaan mandi suci ini dilakukan di pantai, air terjun, ataupun sungai.
Karya desain Padusan didominasi dengan warna biru yang merepresentasikan air, serta warna putih yang tentunya berarti mewakili nilai kesucian.
Koleksi Padusan ini merupakan karya dari Fatimah Az Zahra dan Maura Mutiara Jingga, keduanya adalah siswa kelas XI di SMK NU Banat Kudus namun untuk mewujudkan koleksi ini mereka turut didukung oleh 14 siswa lainnya.
Proses produksi koleksi ini memakan waktu kurang dari 3 minggu, dimulai dari pembuatan tema, desain, pola hingga jahit yang seluruhnya dikerjakan oleh siswa SMK.
Saat ditemui seusai perhelatan, kedua desainer muda ini mengungkapkan senang karyanya bisa diterima oleh market.
"Kami bisa menciptakan koleksi ini karena proses belajar di sekolah yang mirip dengan kebutuhan industri,” ungkap Fatimah Az Zahra.
Sementara rekannya, Naura Mutiara Jingga mengatakan, mereka bisa menghasilkan karya ini karena berupaya memberikan yang terbaik.