Dampak Buruk Memanaskan Makanan hingga Berkali-kali
Memanaskan makanan sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tujuannya agar makanan sisa bisa tahan lebih lama.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memanaskan makanan sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Apalagi ketika Lebaran, makanan bersantan dan gulai yang tersisa kerap kali dipanaskan agar bisa bertahan lebih lama dan tetap enak saat disantap.
Namun, memanaskan makanan hingga mendidih berkali-kali dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Pengurus Pusat Indonesia Sport Nutritionist Association (PP-ISNA), Rita Ramayulis.
Pertama ketika dipanaskan sampai mendidih, zat-zat gizi yang sudah teroksidasi jadi tidak stabil.
Baca juga: Tips Mengontrol Asupan Kalori Menurut Ahli Nutrisi
Kedua adalah ketika suhunya terlalu panas, akan terjadi kerusakan kandungan lemak, khususnya pada makanan bersantan dan berlemak.
Semakin dipanaskan hingga mendidik, akan meningkatkan kandungan lemak jenuh.
Situasi ini tentu dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular.
"Kalau makin jenuh lemak, makin merusak metabolisme kita. Itu kenapa tidak boleh dipanaskan berulang. Kalau dipanaskan dengan suhu tinggi banget, lalu lama-lama seperti rendang, sangat mungkin ada transfat," papar Rita.
Ia pun membagikan beberapa tips untuk menghangatkan makanan.
Hangatkan makanan, jangan sampai mendidih.
"Misalnya, mau manasin gulai labu siam tadi, sayur bersantan misalnya. Kalau punya microwave enak, tidak sampai mendidih. Kalau tidak punya jangan khawatir. Bisa pakai kukusan," urainya.