Luncurkan Kampanye ‘TB Warriors 2.0’, Johnson & Johnson Ajak Generasi Muda Perangi TBC
Berupaya menanggulangi TBC dan meningkatkan kesadaran bagi pasien, Johnson & Johnson meluncurkan kampanye edukasi “TB Warriors 2.0” di Indonesia.
TRIBUNNEWS.COM - Tuberkulosis (TBC) menjadi momok tersendiri untuk masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia. Berdasarkan laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tahun 2022, Indonesia menempati peringkat kedua untuk negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi.
Sebagai bentuk komitmen dalam upaya menanggulangi TBC, serta dalam rangka meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan maupun penanganan bagi pasien, Johnson & Johnson meluncurkan kampanye edukasi “TB Warriors 2.0” di Indonesia.
Bekerja sama Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Stop TB Partnership Indonesia (STPI), Indonesia Muda untuk Tuberkulosis (IMUT), dan Pijar Foundation, acara peluncuran kampanye TB Warriors 2.0 diselenggarakan di Pura Mangkunegaran Surakarta, Jawa Tengah (Jateng) pada Selasa (20/6/2023).
Selama lebih dari dua dekade, Johnson & Johnson telah menjadi mitra global yang berkomitmen dalam memerangi TBC dan sebagai bagian dari inisiatif TB 10 tahun yang dimulai sejak tahun 2018, Johnson & Johnson berfokus untuk melibatkan dan memberdayakan kaum muda.
Sebagai kelanjutan dari kampanye TB Warriors 1.0 yang diluncurkan tahun 2022 lalu, TB Warriors 2.0 yang diluncurkan tahun ini bertujuan untuk memberdayakan generasi muda dalam penanganan TBC.
Country Director of Johnson & Johnson Pharmaceutical for Indonesia & Malaysia, Yee Pin Lim mengatakan bahwa generasi muda menjadi salah satu bagian dari populasi yang juga rentan terhadap penyakit TBC. Akan tetapi, cukup banyak anak muda yang masih belum sadar akan bahaya dari penyakit ini, sehingga masih banyak dari mereka yang belum bergerak untuk memeriksakan dirinya maupun berupaya mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.
Mengingat populasi Indonesia yang didominasi oleh generasi muda, maka melibatkan sekaligus memberdayakan generasi muda tersebut merupakan kunci untuk memerangi TBC.
“Generasi muda dapat menjadi advokat untuk membawa perubahan bagi komunitas penderita TBC. Mereka memiliki kekuatan dan kecerdasan, serta ambisi untuk membentuk masa depan,” ungkap Yee Pin Lim.
Lebih lanjut, gamifikasi menjadi salah satu metode yang digunakan untuk kampanye TB Warriors 2.0 mengingat besarnya jumlah gamer di Asia Tenggara, yaitu sekitar 274,5 juta orang. Indonesia menyumbang 43 persen dari jumlah total ini, dengan sekitar 27 persen gamer berusia 16-34 tahun.
Gamifikasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan retensi pengetahuan hingga 40 persen. Hingga 80 persen orang mengatakan bahwa pembelajaran melalui gamifikasi adalah pengalaman yang lebih menarik.
TB Warriors 2.0 untuk dunia tanpa TBC
Lewat kampanye TB Warriors 2.0, Johnson & Johnson bekerja sama dengan berbagai mitra untuk menggandeng generasi muda sebagai pendukung yang kuat dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mendapatkan perawatan serta mendorong peningkatan diagnosis dini TBC dalam rangka mengeliminasi tuberkulosis.
“Pada akhirnya kami ingin memastikan mereka yang terdampak akan menerima perawatan yang dibutuhkan. Hal ini tidak bisa dilakukan sendiri, sehingga kami berkomitmen untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menyelamatkan banyak nyawa serta mencapai tujuan SDGs untuk mengakhiri epidemi TBC pada tahun 2030,” sebut Yee Pin Lim.
Hal serupa turut dikatakan oleh dr. Tiffany Tiara Pakasi selaku Ketua Tim Kerja National Tuberculosis Program (NTP) Kemenkes. Ia menegaskan bahwa penyakit TBC masih harus ditemukan untuk diobati sampai sembuh, bukan ditutupi, apalagi disembunyikan dan dikucilkan.
Menurutnya, kelompok tertinggi yang mengalami TBC di Indonesia terdapat di usia produktif, yaitu generasi muda dengan rentang umur 15-44 tahun. Maka itu, melalui kampanye TB Warriors 2.0, diharapkan generasi muda berkenan untuk menjadi agent of change yang membagikan informasi mengenai TBC sebenar-benarnya, terutama bagi orang-orang terdekat.
"Kampanye TB Warriors 2.0 sejalan dengan pemanfaatan teknologi di masa kini, termasuk salah satunya melalui gamifikasi. Kampanye ini merupakan inovasi untuk mengembangkan pendidikan mengenai TBC,” ujarnya.
“Dengan penggunaan saluran digital, TB Warriors 2.0 bertujuan menyampaikan informasi yang tepat mengenai TBC bagi generasi muda. Harapan kami, para pemuda pemudi dapat berperan aktif dalam mendukung eliminasi TBC,” demikian ditambahkan dr. Tiffany Tiara Pakasi.
Ia pun berpesan, penting bagi setiap orang untuk mengenali gejala dini TBC. Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera kunjungi dan konsultasikan ke fasilitas kesehatan terdekat. Yang tak kalah penting, jangan sampai generasi muda dan masyarakat menjadi pelaku stigma serta diskriminasi terhadap penderita TBC.
Turut hadir dalam acara peluncuran kampanye TB Warriors 2.0, penyintas TBC dan perwakilan IMUT, Siti Rofiqah. Pada kesempatan ini, ia berpesan bahwa penyakit TBC bisa menimpa segala usia, baik tua maupun muda, khususnya untuk orang-orang berusia produktif.
Yuk, turut berpartisipasi dalam upaya mewujudkan dunia tanpa TBC untuk Indonesia yang lebih sehat bersama TB Warriors 2.0! Untuk informasi lebih lanjut mengenai kampanye TB Warriors 2.0, kamu dapat mengakses laman website tuberculosiswarriors.com.