5 Cara Hadapi Perlakuan Silent Treatment dalam Sebuah Hubungan
Inilah cara menghadapi perlakuan Silent Treatment dalam sebuah hubungan, reaksi seseorang yang muncul ketika frustasi menghadapi suatu masalah.
Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Inilah cara menghadapi perlakuan silent treatment dalam sebuah hubungan.
Silent Treatment adalah perilaku dalam suatu hubungan dengan menolak untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau mendiamkannya.
Menurut ilmu psikologi, Silent Treatment muncul sebagai bentuk reaksi ketika seseorang sedang merasa frustasi dalam menghadapi suatu masalah.
Mengutip Psychology Today, perilaku Silent Treatment juga dapat berlangsung hingga menolak mengakui kehadiran orang lain, bahkan menghindari kontak mata sekalipun.
Perilaku Silent Treatment tersebut bisa berubah menjadi abusive dan toxic dalam sebuah hubungan.
Lantas bagaimana solusi jika menghadapi perlakuan Silent Treatment?
Simak beberapa tips yang dapat digunakan agar terhindar dari perlakuan Silent Treatment yang Tribunnews kutip dari berbagai sumber.
1. Beri Sedikit Ruang hingga Suasana Tenang
Dilansir dari Psychcentral, orang yang sedang melakukan Silent Treatment mungkin memerlukan sedikit waktu untuk menenangkan diri.
Sedikit ruang dan waktu mungkin dapat membuatnya lebih tenang hingga mendapat perspektif pemikiran yang jernih.
Dengan tenang, beri tahu orang tersebut bahwa kita ingin memahami alasannya kenapa orang tersebut mendiamkan kita. Tekankan bahwa kita ingin menyelesaikan banyak hal.
Meskipun belum tentu kita membuat kesalahan, tetapi jika orang yang sedang silent treatment perlu memahami alasan kenapa mendiamkanmu.
Jika kita memiliki kesalahan dengannya, maka penting untuk bertanggung jawab dan meminta maaf.
Apabila ia tampaknya tidak menerima, beri tahu bahwa kita memahaminya mungkin perlu waktu sendiri.
Tetapi nyatakan bahwa kita ingin mengatur waktu untuk berkumpul dan menyelesaikan masalah.
Baca juga: Marak Kasus Anak Bunuh Diri, Psikolog: Perlu Pendampingan Orangtua Hingga Kelola Emosi
2. Jalin Komunikasi dengan Baik
Saat mencoba mengajak berkomunikasi kembali, cobalah gunakan bahasa yang baik dan kolaboratif.
Seperti menggunakan pernyataan "Saya" dan "kita" untuk menunjukan komunikasi yang baik.
Cobalah untuk menghindari penggunaan bahasa seperti "anda" atau yang menuduh hingga menyalahkannya.
Karena hal itu dapat memperburuk keadaan.
3. Ungkap Perasaan dan Faktanya
Ungkapkan sejujur-jujurnya tentang apa yang dirasakan selama menadapat perlakuan silent treatment.
Jelaskan jika perlakuan silent treatment seperti itu tidak bisa menyelesaikan masalah.
Mungkin juga bisa menjelaskan dengan baik baik apa masalah yang sebenarnya terjadi agar tidak ada kesalahpahaman.
Mengutip USA Today, mempertahankan pengaturan emosional, penting untuk menyatakan bahwa hal itu memerlukan waktu, dan lebih baik membangun komunikasi kembali.
Baca juga: Saksi Ahli Psikolog Sarankan Hak Asuh Anak ke Inara Rusli, Virgoun Disebut Setuju
Jika ia terus melakukan silent treatment, maka perlu mengatakan padanya jika perilaku tersebut tidak dapat diterima.
Maka penting untuk mengevaluasi apakah hubungan tersebut layak dipertahankan.
4. Abaikan (Sikap Masa Bodoh)
Mengutip laman Unit Layanan Konseling, FEB Universitas Brawijaya, mengingat jika Silent treatment bisa berubah menjadi abusive dan toxic dalam sebuah hubungan.
Maka sikap masa bodoh perlu diterapkan agar tidak menimbulkan luka pada seseorang yang mendapat perlakuan tersebut.
Sebab Silent treatment yang abusive akan membuat si korban merasa dikucilkan.
Dalam penelitian menunjukkan bahwa orang yang merasa dikucilkan akan merasa harga dirinya rendah, kehilangan jati dirinya bahkan tidak tau lagi nilai dirinya.
Baca juga: Prabowo Enggan Tatap Cermin Saat Acara Mata Najwa, Psikolog: Nggak Mau Terlihat Lemah
5. Mencari Kebahagiaan Diri Sendiri
Selama diperlakukan Silent treatment, maka cobalah tetap tenang dan fokuslah mencari kebahagiaan pada diri sendiri.
Karena jika tidak, perlakuan itu dapat menganggu keadaan psikis kita, hingga menyebabkan berada dalam hubungan yang sehat.
Saat itulah penting untuk menempatkan diri terlebih dahulu.
Jika yakin hubungan itu layak diselamatkan tetapkan batasan tegas tentang perilaku yang dapat diterima dan bagaimana berharap untuk diperlakukan.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)